Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveller amatir. klick: www.nyambi-traveller.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melalui Cokek Sip Pat Mo, Perempuan Benteng Bersuara

28 Agustus 2018   12:01 Diperbarui: 28 Agustus 2018   12:20 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebudayaan nenek luhurnya begitu kuat menghiasi dinamika kehidupan. Selama puluhan tahun, mereka mempertahankan adat istiadat, seperti; meja abu dan pernikahan adat Cina Perkawinan Ciatou. Tak heran, huruf Cina masih menempel dinding luar rumah kampung Cina Benteng. Itu dipercaya sebagai media penghalang roh jahat masuk ke rumah.

Pintu sepuluh sungai Cisadane merupakan lingkungan asri komuitas Cina Benteng (dok. PPSW)
Pintu sepuluh sungai Cisadane merupakan lingkungan asri komuitas Cina Benteng (dok. PPSW)
Dirunut kebelakang, kehidupan Cina Benteng diawali semenjak pendaratan Chen Ci lung di Teluk Naga tahun 1407, yang juga menjadi awal kebudayaan Tionghoa. Bangunan Klenteng Boen Tek Bio, berdiri di depan kampung, menjadi saksinya. Pelestarian kebudayaan dan kesenian sempat berhenti saat era Orde Baru menjalankan "politik asimilasi". Masa presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) menjadi tongak perubahan. Contohnya, festival Peh Cun (berarti mendayung perahu), yang berhenti sejak 1966, bangkit kembali.

Atas dasar itulah, PPSW menganggap penting untuk mengintegrasikan pendekatan kebudayaan dalam strategi pengembangan social dan ekonomi yang telah ada. "Masyarakat Cina Benteng tak mungkin lepas dari budaya luhurnya. Agama apa pun bisa hadir di hadapannya. Namun mereka tetap menghormati leluhurnya. Makanya PPSW tidak mungkin mengabaikan aspek penting ini ", ungkap ibu Tri Endang, direktur PPSW Jakarta kepada penulis. 

Meski berat, melalui dialog panjang dengan kelurahan, dinas pariwisata dan kebudayaan kota Tanggerang serta tokoh masyarakat, kini keberadaan tari Cokek Sip Pat Mo, yang direvitalisasi koperasi LBJ mendapat apresiasi. Festival Cisadane -- event tahunan kota Tanggerang -- dan acara kebudayaan lain, sering mengundang sanggar lentera dengan tari Cokek Si Pat Mo nya.

Menggunakan tari sebagai media pemberdayaan sama sulitnya melakukan pemberdayaan komunitas Cina Benteng. "Awalnya, sulit sekali meyakinkan semua pihak bahwa komunitas Cina Benteng bukan pemalas. Semua curiga kepada kami. Semua pintu tertutup, saat kami hadir. Kami dicurigai sebagai petugas pemerintah yang mendata rumah untuk digusur", ungkap Titik Suryatmi, pendamping PPSW Jakarta, kepada penulis di sela obrolan di tepi sungai Cisadane. Kala itu pak Lurah yang awalnya ragu, kini menyadari bahwa kamunitas Cina Benteng memiliki keunggulan seperti Cina town di daearah lainnya.

Koperasi LBJ selalu ramai saat pembukaan kas setiap minggunya (dok.PPSW)
Koperasi LBJ selalu ramai saat pembukaan kas setiap minggunya (dok.PPSW)
Bagai bola salju, berkat seringnya pentas tari Cokek Sip Pat Mo, perempuan Cina Benteng dikenal masyarakat. Kini, warga Cina Benteng di 3 RW (rukun warga), kelurahan Mekarsari, kec. Neglasari, 70 persennya menjadi koperasi LBJ. Keteguhan dan semangat perempuan Cina Benteng dalam merevitalisasi kebudayaan dan keseniannya mampu mengubah gambaran masyarakat umum terhadapnya. 

Sebelumnya, perempuan Cina Benteng tidak pernah dilirik kelurahan untuk aktif di program posyandu, PKK, dsb., kini mereka menjadi kader terdepan. Di ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke 73, warga Cina Benteng -- melalui kelompok perempuan -- memberi pelajaran arti keanekaragam budaya, dan inklusivitas, serta memberi warna pada proses "asimilasi" budaya di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun