Mohon tunggu...
Idik Saeful Bahri
Idik Saeful Bahri Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang rakyat yang selalu menggugat

Saya merupakan lulusan Fakultas Hukum, S1 ditempuh di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sementara S2 dituntaskan di UGM Yogyakarta. Jadi, percayalah dalam masalah hukum, saya siap bertanggung jawab untuk setiap tulisan saya. Adapun tulisan saya diluar hukum, anggap saja hiburan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mempertanyakan Penyebutan "Eyang" untuk Hasan Maolani Lengkong

28 Juni 2020   19:32 Diperbarui: 28 Juni 2020   19:22 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitulah gambaran sederhana masyarakat Lengkong. Kami tidak perlu mengatakan nama lengkap Hasan Maolani, cukup istilah "Eyang" atau "Eyang Hasan", maka semuanya akan terkoneksi secara otomatis dalam pembicaraan yang sedang berlangsung.

Lain ceritanya jika istilah itu diubah dengan istilah "Kyai". Ketika ada orang yang berbicara nama "Kyai Hasan" kepada orang Lengkong, saya meyakini tidak semua orang Lengkong akan mengenalnya secara tanggap, karena dianggap asing dan tidak familiar sama sekali. Apalagi jika hanya menyebut istilah "Kyai" saja, mungkin orang Lengkong yang menjadi lawan bicaranya akan bertanya balik, "Kyai Ucen? Kyai Syarifuddin?"

Sampai sini saja terlihat bahwa perubahan istilah "Kyai" kepada sosok Hasan Maolani tidak akan serta merta dapat diterima secara luas oleh masyarakat Kuningan utamanya masyarakat Lengkong, bahkan jika itu dikampanyekan besar-besaran oleh para anak keturunan Eyang Hasan Maolani. 

Saya punya pandangan tegas, perubahan ini hanya akan dianggap perubahan formal saja, hanya akan berubah di spanduk-spanduk acara haul Eyang Hasan Maolani, hanya akan berubah di karya tulis ilmiah di Perguruan Tinggi, dan hanya berubah di hal-hal formal lainnya, namun saya berani bertaruh hal ini tak akan pernah serta merta dapat berubah di hati masyarakat yang sudah mengenal sosok Hasan Maolani dengan sebutan "Eyang".

Dari generasi kakek saya, generasi bapak saya, hingga sekarang-pun, nama Hasan Maolani tetap diobrolkan di pojok-pojok kampung dengan sebutan "Eyang Hasan Maolani". Ini tak akan mudah digeser hanya karena sebagian pihak merasa istilah "eyang" kurang Islami. 

Bahkan nama jalan yang sudah diresmikan Pemerintah Kabupaten Kuningan saja dinamakan Jalan Eyang Hasan Maolani. Kasihan sekali MTsN Sindangsari (yang sekarang berubah nama menjadi MTsN 2 Kuningan) harus merubah berkas-berkas sekolahnya lagi jika nama jalannya lagi-lagi diubah menjadi Jalan Kyai Hasan Maolani.

Oke, saya akan menyampikan beberapa alasan mengapa saya pribadi menolak merubah istilah "eyang" menjadi istilah "kyai", antara lain:

  • Istilah "kyai" tidak serta merta identik sebagai golongan Islam

Dari runtutan sejarah dari berbagai sumber yang saya baca, istilah "kyai" ini sudah ada jauh sebelum masuknya Islam di tanah Jawa. Istilah ini merupakan istilah yang berkembang dan digunakan oleh masyarakat Jawa untuk menyebut orang yang dituakan, atau dihormati. Artinya, istilah ini secara umum bisa digunakan bahkan kepada tokoh non-muslim sekalipun.

Ketika Islam masuk di tanah Jawa, ada pergeseran makna dari istiah "kyai" ini, dari yang tadinya istilah umum untuk orang yang dituakan, menyempit maknanya sebagai orang yang dituakan dalam ilmu agama Islam. 

Sejak saat itulah, istilah "kyai" bergeser makna menjadi ahli ilmu agama Islam yang dituakan. Hal ini juga sudah tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan penulisan "Kiai" tanpa huruf   "y".

Pergeseran makna ini biasa terjadi dalam bahasa. Sebuah istilah dapat berubah dikarenakan 2 faktor, yakni karena perubahan waktu (zaman) dan perubahan tempat (wilayah). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun