Mohon tunggu...
Idham AbdiNusa
Idham AbdiNusa Mohon Tunggu... -

Jurnalis | Jalan Tengah | Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

#PulanglahJokowi Sebuah Catatan Debat Capres Tadi Malam

16 Juni 2014   19:52 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:29 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : tribunnews.com

[caption id="" align="aligncenter" width="464" caption="Sumber : tribunnews.com"][/caption]

Debat capres tahapan ke-dua yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru saja berlalu, debat yang ditayangkan secara langsung oleh stasiun televisi Metro TV dan Bloomberg TV ini berlangsung cukup menarik, selain hanya menghadirkan calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo, debat ini juga mengangkat tema ekonomi.

Tema perekonomian menjadi sangat penting mengingat tantangan perekonomian ke depan yang semakin pelik. Dibutuhkan visi perekonomian yang mampu beradaptasi dengan baik, dan tentunya solusi-solusi kekinian yang akan menyelamatkan wajah perekonomian Indonesia.

Secara kebetulan, saya mendapat kesempatan hadir di acara tersebut, bertempat di Hotel Grand Melia Jakarta, saya tiba di arena debat sekitar pukul 18.30 Wib. Arena sudah dipenuhi simpatisan masing-masing kandidat. Teriakan dan yel-yel dukungan menyambut siapa saja yang datang ke arena ini.

Saya melihat, kemeriahan debat ini seperti kemeriahan menonton pertandingan sepak bola piala dunia yang juga sedang berlangsung saat ini. sebuah coffe shop di lantai 2 Grand Melia berubah menjadi arena nonton bareng debat capres. Teriakan masing-masing pendukung bersahut-sahutan setiap jagoannya berbicara.

Terlepas dari hegemoni ini, saya ingin sedikit masuk kepada esensi debat capres tadi malam. Bukan hendak menjadi pakar, ataupun pengamat. Namun sebagai warga kebanyakan tentu saya punya sudut pandang. Terserah mendukung atau tidak. Ini hak semua warga negara untuk berpendapat.

Jokowi tampil dengan tegang, terlihat raut tidak percaya diri dan itu dibuktikan dengan tangan Jokowi yang gemetaran memegang microphone sepanjang debat berjalan. Beberapa kali Jokowi berhenti bicara berusaha menyambungkan kalimatnya yang terdengar sudah tumpang tindih.

Kapan Jokowi Tampil menjadi Dirinya Sendiri?

Pertanyaan ini seperti sebuah pertanyaan penuh kerinduan, tampilan jokowi tadi malam yang penuh salon dari tim pemenangan malah memperburuk keadaan, terlihat betul tampilan pencitraan, jokowi meninggalkan esensi perdebatan, lupa dengan visinya sendiri karena berupaya menuruti kemauan tim pemenangannya.

Lucunya – dan ini tidak saya sendiri- Untuk soal pertanyaan yang harus ditujukan ke Prabowo saja Jokowi tidak bisa mandiri. Semuanya terlihat bagian dari settingan untuk menyerang lawan debatnya.

Perhatikan pertanyaan jokowi soal TPID, DAU dan DAK. Ini adalah soal “apakah anda tahu kepanjangan singkatan? Keluar dari esensi perdebatan dan menjauhkan Jokowi dari cara berfikir seorang calon presiden.

Sederhananya, jika saja Prabowo Subianto ingin membalas, tentu sangat mudah. Membalik Jokowi dengan pertanyaan singkatan-singkatan dunia militer. Apologinya sederhana, seorang kepala negara juga menjadi pimpinan tertinggi militer nantinya. Namun hal ini tidak dilakukan Prabowo. Bahkan dirinya secara kesatria mengakui bahwa dirinya tidak mengetahui singkatan TPID tersebut. Namun, secara gamblang Prabowo mampu masuk ke penjelasan TPID

Jokowi Seperti Agen Asuransi

Apa yang ditampilkan Jokowi tadi malam juga sangat memalukan, mambawa dua kartu peraga seolah-olah Jokowi adalah agen asuransi. Kartu Indonesia Sehat dan Indonesia Pintar keluar jauh dari topic debat cabres yang membahas perekonomian. Dan itupun tetap dilakukan Jokowi.

Menilik ke belakang, Program kesehatan dan Pendidikan yang diimplementasikan negara saat ini jauh lebih baik dari dua kartu Jokowi tersebut. BPJS dan Pendidikan gratis disertai beasiswa merupakan spirit program yang hanya perlu dibenahi pada skala kuantitas. Artinya, dua kartu tersebut malah mendowngread program yang sebelumnya jauh lebih baik.

Jokowi Ngawur pahami APBN

Tol laut adalah wacana langitan, benar bisa diterapkan. Namun itu harus dengan catatan. Artinya APBN harus maksimal. Jokowi malah menganggap mudah. Bahwa Tol laut bisa dibangun dengan jumlah APBN yang ada saat ini. Jokowi lupa dengan jumlah yang ada saat ini neraca perdagangan kita masih devisit untuk memenuhi kebutuhan subsidi migas

Di sini Jokowi terlihat sama sekali tidak memahami persoalan sesungguhnya dari APBN.Terkesan ngawur dan hanya memberi mimpi. Yah benar Jokowi hanya umbar mimpi. Selama pendapatan negara bertahan di angka saat ini, Tol Laut Jokowi akan bernasib sama dengan Jakarta Baru.

Revolusi Mental

Semua orang tertawa saat Jokowi gugup dan lupa hafalan pidato penutupnya. Sehingga penutup pidato yang semula menegaskan dirinya bukan capres Boneka berbalik arah dan semakin menegaskan bahwa Jokowi adalah boneka.

Hal di atas sudah membantah Revolusi mental yang didengungkan Jokowi. paling menohok, Jokowi menyatakan dirinya hanya patuh pada amanat rakyat dan kosntitusi. Pertanyaannya, Apakah menjadi Gubernur DKI Jakarta bukan amanat rakyat dan konstitusional?

“Saya akan pimpin Jakarta selama 5 Tahun, tidak akan menjadi kutu loncat,” kalimat ini disampaikan Jokowi saat berkampanye menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta. Lantas, Bagian manakah yang bisa dipercaya dari semua janji Jokowi tadi malam?

#PulanglahJokowi Hastag tersebutlah tadi malam wara wiri di linimasa.. menunjukkan penolakan publik sosial media atas ngawur Jokowi memahami apa Revolusi Mental, apa itu Presiden dan apa itu amanat rakyat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun