Mohon tunggu...
Idham AbdiNusa
Idham AbdiNusa Mohon Tunggu... -

Jurnalis | Jalan Tengah | Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalan Tengah di Tengah Cobaan Sinabung

4 Maret 2016   16:48 Diperbarui: 4 Maret 2016   17:08 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Arya Sinulingga Bersama Warga (Idham AN/Tanah Karo, Juni 2015)"][/caption]Waktu masih teramat pagi, sekira pukul 05.30 Wib di Pertengahan tahun 2015. Udara dingin pegunungan rasanya menembus jaket tebal yang saya kenakan, untuk pertamakalinya, di tengah erupsi hebat saya menginjakkan kaki di Tanah Karo, tepatnya di mulut desa Guru Kinayan yang telah luluh lantak ditimpa abu vulkanik Gunung Sinabung.

Saya dantar oleh seorang rekan saya sesama SMA di Jakarta dahulu, ia berasal dari Kabanjahe, selepas menamatkan pendidikan di sebuah universitas swasta di Semarang, ia memilih pulang dan bertani di tanah subur dataran tinggi Karo. Khas orang Sumut, perkawanan yang luar biasa,terpisah puluhan tahun Jakarta-Karo, tak mengurangi sedikitpun persahabatan yang terbangun antara kami.

Headlamp saya masih menyala menembus kabut yang cukup tebal. Di sebuah bekas warung warga yang ditinggalkan, saya  sambil menunggu Ronald Sebayang yang turun ke Desa lain menemui seorang koleganya, saya memasuki warung tersebut, sudah ada beberapa aparat TNI-Polri yang berjaga di sana. Sebagaian warga sudah diungsikan pada malam harinya ke sebuah jambur (Balai Pertemuan) berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari desa Guru Kinayan.

Gerimis mulai turun, ada sekitar 6 orang aparat TNI-Polri yang berteduh di bekas warung tersebut. Diantara orang yang berteduh tersebut, ada sesorang pria yang rasanya tak asing bagi saya, sering melihatnya di layar kaca memandu sebuah program Talk Show. Tapi ada keraguan di benak saya melihat pria berkacamata tersebut berada di tempat kami berdiri.  Saya tak menyapa karena belum yakin betul bahwa dia adalah sosok yang saya maksud.

Sementara saya melupakan rasa penasaran saya kepada sosok tersebut, bersama Ronald dan beberapa petugas, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi pengungsian. menggunakan sepeda motor milik Ronald, kami menembus kabut dan gerimis pagi. Sementara pria berkacamata tersebut tetap tinggal. Terdengar ia beberapakali berbicara lewat ponsel menggunakan bahasa Karo yang tidak saya mengerti.

Setelah aktivitas liputan saya selesai di Posko Pengungisan Jambur Buah, Desa Batu Karang, Kecamatan Payung, Karo. sekira pukul 10.00 Wib, saya memutuskan untuk kembali ke Kabanjahe. Selain harus mengirim laporan ke Kantor di Jakarta juga ingin berganti pakaian saya yang basah. Belum sempat Ronald menyalakan sepeda motornya, tba-tiba dari lokasi pengungsian terlihat Sinabung kembali erupsi. debu tebal mengepul ke atas. Saya mengeluarkan kembali kamera dari tas dan menangkap momen erupsi tersebut. Dalam pikiran saya, setelah melihat realita  dan kondisi pengungsian, sudah seharusnya erupsi sinabung ini masuk dalam pengelolaan yang lebih luas. Artinya sudah seharusnya ini menjadi bencana nasional, erupsi yang tak kunjung berhenti, masyarakat yang kehilangan pemukiman dan lahan pertanian, bertahun-tahun hidup di tenda pengungsian. kondisi yang saya lihat teramat memilukan.

Di tengah suasana erupsi Sinabung, tiba-tiba masuk satu unit mobil minibus bak terbuka, membawa potongan-potongan besi berwarna-warni. Kemudian satu mobilnya lainnya menyusul di belakang. pria berkacamata yang saya temui pagi tadi tampak turun dari mobil. Bersama beberapa pemuda lainnya. Pemuda-pemudi tersebut tampak mengenakan kaos putih dengan tulisan Save Tanah Karo. Setelah bertanya dengan seorang pengungsi, ternyata pemuda-pemuda dan pria berkacama tersebut bukan sosok yang asing, mereka adalah relawan yang kerap turun ke pengungsian menghantarkan bantuan.

Ternyata benar dugaan saya, Pria berkacamata tersebut adalah Arya Sinulingga, petinggi MNC Group. Saya mengenal sosok ini selain dari program Talk Show yang ia pandu dan dari cerita rekan kantor saya yang dulunya bekerja di MNC Group. Ternyata Arya Sinulingga adalah putra daerah Tanah Karo. Tak sempat saya menyapa. Saya mencoba mengamati aktivitasnya di lokasi pengungsian. Ia langsung berbaur dan bergabung bersama ibu-ibu pengungsi. Sementara relawan lain tampak memasang potongan-potongan besi yang ternyata alat-alat bermain anak-anak seperti ayunan. Setelah alat-alat tersebut dipasang, anak-anak langsung berkerumun. Tampak kegembiraan di wajah mereka. Mencoba satu persatu alat bermain yang sudah terpasang tersebut.

Dari penuturan pengungsi, saya mendapatkan informasi ternyata bukan kali ini saja Arya Sinulingga bersama pemuda-pemuda tanah karo yang tergabung dalam gerakan Save Tanah Karo mengunjungi pengungsi. Kenapa tidak ada informasi mengenai aktivitas Arya Sinulingga ini? Bukankah ia seorang petinggi media besar yang bisa saja menggunakan pengaruhnya agar aktivitasnya ini terbaca atau terpampang di layar kaca? Entahlah. Saya masih mengamati dari jauh. Di tengah perbincangan bersama ibu-ibu pengungsi, terdengar tangis keluh kesah Ibu-ibu pengungsi Sinabung kepada Arya.

[caption caption="Arya saat berbincang dengan pengungsi sinabung, di Lokasi Pengungsian Jambur Buah"]

[/caption]

Saya bertanya ke Ronald Sebayang, apa benar Arya Sinulingga kerap turun ke lokasi pengungsian atau ke Tanah Karo, karena di tengah aktivitas sebagai petinggi di MNC Group rasanya sulit dengan intensitas tinggi untuk bolak-balik ke Tanah Karo. Ronald mengiyakan, bahkan ia sendiri ternyata sudah pernah beberapa kali berdiskusi dengan Arya Sinulingga di beberapa warung kopi di Kabanjahe. Kata Ronald, Arya bersama kawan-kawanya dari Relawan Save Tanah Karo sedang memperjuangankan agar Erupsi Sinabung yang tak berkesudahan ini menjadi Bencana Nasional, harapannya agar pengelolaan dan management pengendalian, penyelesaian relokasi pengungsi bisa diselesaikand dengan cepat dengan skala yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun