Mohon tunggu...
Dewa Ketut Suharjana
Dewa Ketut Suharjana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Wirausaha

Wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Mengapa Muhamad-Sara Harus Menang di Pilkada Tangsel?

9 September 2020   08:10 Diperbarui: 9 September 2020   08:17 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejak bertemunya Jokowi-Prabowo di Stasiun MRT, dilanjutkan diplomasi nasi goreng antara Bu Mega dan Pak Prabowo, dilanjutkan lagi dengan sambutan meriah terhadap Pak Prabowo di Kongres PDIP yang dihelat di Denpasar Agustus 2019, kita langsung menduga bahwa partai pemenang pertama dan kedua pada pemilu lalu sedang masa penjajagan untuk "jadian". Itu terlihat sangat gamblang. Konfirmasi terhadap semua gimik itu menjadi nyata setelah Pak Prabowo masuk kabinet Jokowi-Makruf.

Sebaliknya dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra 8 Agustus 2020 yang baru berlalu, Bu Mega mendapatkan mimbar yang terhormat. Lebih intimewanya, hanya Bu Mega lah Ketua Umum Parpol yang diberi kesempatan bicara. Hanya dan hanya Bu Mega.

Ditambah lagi, sejak pagi-pagi hari Partai Gerindra sudah mengumumkan akan mengusung dan mendukung pencalonan Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo dan juga Bobby Nasution di Pilkada Medan. Bahkan pengumuman itu disampaikan sebelum PDIP mengumumkan dukungannya pada Gibran dan Bobby. Terlalu bersemangatkah Gerindra?

Isi tiga paragraf di atas bercerita tentang cinta lama bersemi kembali (CLBK) antara kedua partai nasionalis ini. Diketahui bahwa masa indah mereka dimulai tahun 2009 ketika Megawati (PDIP) menggandeng Prabowo (Gerindra) maju di kontestasi Pipres kala itu. Hasilnya semua sudah tahu, namun ternyata rasa itu masih tersimpan dilubuk hati terdalam kedua partai.

Ini terbukti ketika saat ini dibanyak pilkada dua partai ini selalu saling mendukung mengusung pasangan calon. Kadang PDIP yang jadi calon Kepala Daerah dan Gerindra Wakil Kepala Daerah, dilain daerah bisa sebaliknya yang terjadi. Sangat jarang terjadi kedua partai ini saling berhadapan karena berada di kubu yang berbeda.

Semua kisah diatas menurut penulis, akan bermuara ke tahun 2024. Analisa penulis, di perhelatan itu akan muncul varian paslon presiden/wapres Prabowo-Puan atau Prabowo-Ganjar yang akan diusung PDIP-Gerindra dan para partai pendukung lainnya.

Lalu apa hubungannya dengan Pilkada Tangsel? Mengapa Muhamad-Sara harus di pilkada Tangsel?

Jawabannya gampang: Mengamankan Jakarta...!

Mengapa penting mengamankan Jakarta? Ada dua alasan utama.

Alasan pertama. Saat ini, dari empat daerah yang mengelilingi langsung Kota Jakarta sebagai penyangga ibukota (Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Bekasi), baru Kota Bekasi yang Kepala Daerah nya ada di tangan PDIP-Gerindra (dalam hal ini PDIP), sementara tiga kota lainnya masih berada di tangan pihak lain. 

Makanya pilkada Tangsel dan Depok harus dimenangi oleh duet PDIP-Gerindra. Duet Paslon Pradi-Afifah di Depok dan Muhamad-Sara di Tangsel wajib menang sehingga menjadikan tiga dari empat daerah penyangga langsung Jakarta ada dalam tangan PDIP-Gerindra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun