Mohon tunggu...
Henri S. Sasmita
Henri S. Sasmita Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar

Enthusiasm in education | Pandu Digital | Enthusiastic about law, art, culture, society, and technology | henry@office.seamolec.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kewajiban, Rasa Kasihan, atau Rasa Tidak Enakan terhadap Tukang Parkir Tidak Resmi?

26 Maret 2019   19:45 Diperbarui: 26 Maret 2019   19:50 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita lahir dan dibesarkan dalam budaya yang penuh kesopanan. Jika ada  orang lain meminta bantuan kita atau melakukan sesuatu, rasanya tidak enak hati jika kita tidak bilang  "iya". Akibatnya, kita menjadi sering mengiyakan hal-hal yang sebenarnya tak ingin kita lakukan mungkin karena merasa tidak enakan.

Sama seperti parkir tidak resmi jika kita tidak memberikan uang maka sering terdengar ocehan "beli kendaraan bisa tapi bayar parkir gak bisa"  seperti kita tidak enak hati jika mendengar ocehan seperti itu.

Sebenarnya bukannya tidak mampu pengendara tersebut tapi cara nya seperti di rampok dan kita di judge orang kikir, pelit dan tidak belas kasihan. Kita mendapatkan SIM (Surat Izin Mengemudi) saja sudah dianggap mampu dan mahir mengendarai kendaraan apalagi hanya parkir mobil dipinggir jalan atau didepan minimarket.

Parkir tidak resmi ini semakin marak tidak hanya di didepan mini market, warung pinggir jalan dan disetiap pertigaan jalan pun bermunculan seperti jamur dimusim hujan.   Kondisi seperti ini  jadi serba salah, dikasi sedikit mereka ngedumel, tidak dikasi marah-marah. Inilah perilaku segelintir tukang parkir tidak resmi yang tiba-tiba muncul  entah dari mana dengan menunjukan wajah yang kurang bersahabat layaknya preman jauh dari kesan budaya santun.

Hal seperti ini dianggap hal yang biasa dan legal dan mereka menganggap pemilik kendaraan berkewajiban untuk membayar. Manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk meraih apa yang menurutnya baik dan tidak ada manusia yang menginginkan perselisihan sebab keadaan manusia yang pada dasarnya menginginkan apa yang menurutnya baik.

Fenomena petugas parkir tidak resmi muncul secara spontan seiring dengan perkembangan wilayah  perkotaan hingga kecamatan  selain itu, faktor ekonomi masyarakat yang masih rendah turut memicu timbul dan berkembangnya tukang parkir tidak resmi ini.

Sebenarnya sudah jelas  terdapat pada pasal 39 tentang Perda Perparkiran yang berbunyi "Setiap penyelenggara parkir wajib menyediakan petugas parkir yang wajib memakai pakaian seragam, tanda pengenal, dan perlengkapan lainnya." Mungkin mereka tidak mengetahui atau tidak paham tentang Perda tersebut, atau mungkin hanya berlaku didaerah tertentu  saja. Mungkin kurangnya informasi atau kurangnya sosialisasi dari pihak terkait hingga mereka melakukan hal seperti ini.

Media informasi sebenarnya bisa dibuat dan dibangun oleh pihak terkait khususnya pemerintahan setempat seperti membuat banner atau reklame permanen agar menjadi pusat informasi tentang peraturan serta sanksi terhadap parkir liar.

Seperti pemikiran Hobbes dalam bukunya "Leviathan"   bahwa hidup damai dan tenteram  adalah lebih baik, keadaan ini akan akan dapat dicapai apabila mengadakan suatu kontrak (perjanjian)  dengan pihak lain yang mempunyai wewenang yang akan memelihara ketentraman dan kedamaian. Agar supaya keadaan damai tadi dapat dipelihara maka orang harus mematuhi sepenuhnya pihak yang berwenang tadi.

Padahal sikap kita ini bisa mengakibakan kerugian terhadap diri kita karena kita terlalu banyak memikirkan apakah ini adalah kewajiban, rasa kasihan atau rasa tidak enakan terhadap sesuatu yang kita anggap bukan kewajiban kita sendiri.

Hal seperti ini harusnya pihak terkait yang harus memikirkan dan mencari solusi terhadap permasalah ini karena ini adalah pekerjaan mereka, tidak hanya banner atau pun poster kampanye saja yang banyak  tetapi kita butuh informasi yang dapat  mencerahkan dan mengedukasi  masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun