Mohon tunggu...
Henri S. Sasmita
Henri S. Sasmita Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar

Enthusiasm in education | Pandu Digital | Enthusiastic about law, art, culture, society, and technology | henry@office.seamolec.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Man Behind The Gun" dari Telepon Pintar

5 Juli 2018   14:01 Diperbarui: 5 Juli 2018   13:57 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tingkat Literasi Rendah Hanya Mengkonsumsi Video dan Musik

Masyarakat dari tingkat yang paling rendahpun sudah terpapar oleh jaringan internet dan smarphone murah untuk mengakses informasi dan komunikasi dan jutaan orang sudah mulai terhubung dengan jaringan media sosial dengan cepat. Kalau kita perhatikan harga smartphone dan beberapa paket data yang ditawarkan provider seluler semakin murah dan beragam layanan yang ditawarkan khususnya bagi pengguna aplikasi media sosial menjadi surga tersendiri dan menjadi daya tarik orang-orang untuk membeli.

Berdasarkan aplikasi yang paling banyak diunduh dari posisi pertama adalah WhatsApp, Facebook, Instagram, Line buatan Korea Selatan. WhatsApp adalah aplikasi pesan pribadi yang paling banyak digunakan dinegeri ini. Para pengguna aplikasi WhatsApp tersebut lebih cenderung mempercayai informasi yang mereka terima yang datang kepada mereka melalui WhatsApp group  keluarga dan teman. Oleh karena itu, kecenderungan untuk memeriksa ulang kebenaran dari informasi tersebut sangat rendah.

WhatsApp merupakan layanan berbasis internet terbesar yang tersedia bagi orang-orang di negara ini , hal ini berarti  WhatsApp memiliki jangkauan yang luar biasa, memungkinkan tidak hanya pesan menyebar secara peningkatan tetapi juga memungkinkan massa untuk berkumpul dengan cepat.

Pesan yang diperoleh dari WhatsApp kadang dengan mudah mereka bagikan sharing kembali ke group atau kepada orang lain tanpa terlebih dahulu diperiksa ulang kebenaran dari berita tersebut, dan mungkin mereka beranggapan berita tersebut dianggapnya valid karena berasal dari group keluarga atau group pekerjaan karena orang yang pertama kali membagikannya adalah atasannya ataupun dari keluarga.

Disayangkan sebagian  orang memiliki tingkat literasinya rendah dan sebagian besar hanya mengkonsumsi video dan musik yang ada di Youtube. Karena video adalah yang paling mudah untuk berita palsu hoax. 

Banyak orang yang tidak bertanggung jawab hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan dengan mudah mencari dan mengedit dari video lama tentang pidato,perkelahian atau pembunuhan diinternet,  lalu menambahkan ataupun mengurangi dari video tersebut agar menjadi sesuatu yang baru dengan bertujuan  menghasut ,lalu  mengirimkannya dan dalam hitungan menit, menjadi viral dimedia sosial.

Sebagian orang tidak faham akan kemajuan teknologi dan tidak mengetahui apakah video atau tulisan tersebut benar atau berita palsu, dan kadang pikirannya sudah terpengaruhi oleh fanatisme terhadap suatu agama, politik maupun golongan tertentu. 

Yang akhirnya kebenaran dari suatu informasi yang disebarkan melalui media sosial tidak dicek ulang lagi. Sebagian orang malas dan seakan tidak peduli bahkan tidak berani menyatakan bahwa berita tersebut belum tentu kebenaran nya, meskipun berita tersebut palsu dan mereka pun mengetahui,  mereka akan tetap menyebarkan karena merasa aspirasi nya sudah terwakili oleh berita tersebut.   

Mungkin rendahnya literasi menjadi masalah dalam penetrasi internet dinegeri ini atau karena hausnya perebutan kekuasaan politik dinegeri ini yang dengan berbagai cara untuk menjatuhkan seseorang, golongan ataupun untuk melemahkan sebuah lembaga melalui media sosial sebagai alat propaganda.

Membangun negeri ini tidak cukup hanya pintar beretorika semuanya perlu dukungan kerja nyata dan kerja keras dan kerjasama yang solid, buat kritikan yang konstruktif bukan untuk menjatuhkan atau untuk melemahkan, retorika dibuat dengan current data yang valid bukan dengan forecasting data. Disinilah peran man behind the gun dari telepon pintar, akan kah kita terbawa arus oleh gorengan yang laku dijual dinegeri ini yaitu berita palsu dan propaganda yang disalurkan dalam video atau Inflammatory language. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun