Mohon tunggu...
Henri S. Sasmita
Henri S. Sasmita Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar

Enthusiasm in education | Pandu Digital | Enthusiastic about law, art, culture, society, and technology | henry@office.seamolec.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bernilaikah Saya!

25 Mei 2018   00:20 Diperbarui: 25 Mei 2018   00:44 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Sudah dua hari saya tidak nyalakan mesin mobil saya, tadi pagi tidak bisa hidup sama sekali, akhirnya saya menghubungi montir langganan saya yang biasa perbaiki mobil tua saya. Sambil memperbaiki mobil dia cerita pengalaman minggu kemarin memperbaiki mobil yang mogok dijalan dan lokasi tempat mobil tersebut tidak jauh dari tempat montir langganan saya.    

Mobil tersebut berplat nomor ibu kota, di dalamnya ada sekitar lima orang. Salah satu dari penumpang menanyakan kenapa mobilnya tidak bisa jalan, setelah montir tersebut memeriksa keadaan mobilnya ternyata mobil tersebut kampas koplingnya habis. Penumpang mobil tersebut menanyakan penjelasan pada montir tersebut kenapa kampas koplingnya habis karena baru satu minggu yang lalu sudah masuk bengkel dan kampas koplingnya malah sudah diganti , montir tersebut tidak bisa menjelaskan bahkan secara teknikal kenapa kampas kopling nya habis.

Tapi penumpang tersebut bersikeras meminta penjelasan kepada montir tersebut tentang perihal tersebut, dan montir tersebut menceritakan pada saya jawaban apa yang diberikan kepada penumpang mobil itu. " Saya tidak punya kewajiban untuk menjelaskan kepada anda dan saya tidak ada urusan dengan bengkel yang sudah mengganti kampas kopling tersebut perkara baru seminggu itu urusan anda dengan bengkel, urusan saya disini adalah memeriksa mobil anda dan menurut pengalaman saya kampas kompingnya habis dan anda harus menggantinya, untuk urusan penjelasan secara rinci atau akademis itu bukan ranah saya karena skill saya ditempa dari pengalaman kerja praktek bertahun-tahun. 

Orang mempercayakan mobilnya yang rusak dan mesin nya tidak bisa jalan sama sekali dan akhirnya bisa hidup kembali mereka mempercayakan kepada saya tanpa saya harus cape-cape menjelaskan layaknya seorang guru atau dosen kepada murid-muridnya. Orang-orang mungkin pintar menjelaskan secara rinci tapi tidak paham bagaimana prakteknya bahkan tidak paham bagaimana cara bongkar pasang kampas kopling tersebut, jika penasaran kenapa kampas kopling tersebut habis anda bisa mencarinya di Google! maaf saya masih banyak pekerjaan dibengkel saya pribadi dan harus saya selesaikan"

Jawaban tersebut menohok penumpang mobil tersebut, singkat cerita ternyata mobil tersebut adalah mobil perusahaan yang dipakai untuk operasional karyawannya, dan ada kemungkinan bengkel atau supir dari perusahaan tersebut curang tidak mengganti  kampas kompling tersebut dengan barang baru. Dan penumpang tersebut hanya karyawan yang menumpang mobil perusahaan dan berlaga seperti a know all   orang yang berlaga sok tau dan a pain in the backside seseorang yang menjengkelkan.   

Hikmah dari cerita diatas adalah  tidak mungkin keinginan seseorang dapat terpenuhi sepenuhnya, kompromi merupakan jalan yang terbaik. Tidak ada yang benar-benar salah, tetapi juga tidak ada yang benar-benar menang. Bila kita berhadapan dengan suatu situasi dimana terjadi pertentangan keinginan dan solusi, atau ketika kita menemukan suatu masalah yang harus dapat diselesaikan, pastikan bahwa kita apa yang kita harapakan itu jelas ditangkap oranglain.

Terkadang kita mengalami suatu kejadian dimana kita mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya, ketika seseorang memulai percakapan. Jika kita tidak berhati-hati, kata pertama yang terlontar dimulut kita dapat menyinggung perasaan orang lain, membuat mereka marah dan menjaga jarak dan menolak pesan yang disampaikan. Bagian dari keberhasilan dalam komunikasi tergantung dari bagaimana kita memulainya. Seperti slogan sebuah iklan "kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah Anda"

Kita melakukan kewajiban untuk saling menghargai dan menghormati orang-orang di sekeliling kita,  tanpa harus memandang usia, agama, kelamin, harta, dan juga kedudukan. Mari sejenak kita bersama-sama kita merenungi hal-hal yang kita anggap sepele namun penting ini. Don't judge the  book by its cover! pesan dari montir langganan saya.         

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun