Mohon tunggu...
Ni Wayan Idayati
Ni Wayan Idayati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyair

Tinggal di Bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bali Megarupa, Menimbang Aneka Kemungkinan

31 Oktober 2020   22:30 Diperbarui: 1 November 2020   10:10 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Panitia Pameran Bali Megarupa)

Dunia yang terus berubah, terlebih dalam situasi pandemi global kini, ‘memaksa’ setiap orang untuk bertransformasi, bahkan hingga tataran cara pandang masyarakat.

Ketika pertemuan-pertemuan dan kegiatan belum leluasa dilakukan secara luring (offline), semakin banyak inisiasi program seni, sastra, budaya, dan pertunjukan yang berbasis virtual atau daring (online). Ini boleh jadi sebentuk upaya untuk tetap menjaga elan kreatif para seniman, juga kreator.

Serupa yang dilakukan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melalui agenda Bali Megarupa II 2020, bagian dari Festival Seni Bali Jani (FSBJ) II 2020. Menjadi istimewa karena eksibisi ini dihadirkan secara luring atau offline di Museum ARMA, Ubud, sekaligus dapat disaksikan pula melalui galeri virtual (daring) sehingga memungkinkan menjangkau pemirsa dari berbagai kota dan negara di belahan dunia mana pun.

Bila selama ini kita terbiasa menikmati pameran dan karya-karya seni rupa secara langsung atau luring (offline), kini pameran-pameran seni rupa memungkinkan untuk dikemas dan dihadirkan melalui galeri virtual (daring), bahkan dengan aneka kreasi inovatif yang boleh jadi belum terbayangkan sebelumnya. Galeri dunia maya tersebut memberikan bukan hanya pengalaman melihat langsung karya seni rupa, namun juga memungkinkan apresian menyaksikan ragam seni kontemporer sewaktu memasuki ‘dunia virtual’—dimana realitas yang terbangun boleh dikata melampaui ruang, waktu dan imajinasi umumnya.

Boleh jadi inilah yang ditawarkan Pameran Bali Megarupa II 2020 yang mengusung tajuk utama Candika Jiwa: Melampaui Medium, Ruang, dan Waktu. Sebagaimana kuratorialnya, pameran yang berlangsung sedari 28 Oktober 2020 hingga 10 November 2020 ini mengedepankan kesadaran bahwa pandemi adalah momentum bagi para seniman untuk menggali berbagai kemungkinan penciptaan yang lintas batas, melampaui medium, ruang, dan waktu, sebagaimana keniscayaan era digitalisasi.

(Dok. Panitia Bali Megarupa)
(Dok. Panitia Bali Megarupa)

Menggenapi gagasan itu, pembukaan pameran dimaknai performing art “Candika Jiwa: Melampaui Warna dan Rupa”, sebuah kolaborasi gerak, suara, rupa, warna dan multimedia dari Sanggar Bumi Bajra Sandhi dengan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani. Permainan warna dan sapuan kuas di multimedia membentuk sebuah lukisan, berpadu harmonis dengan gerakan tari dan permainan musik, juga olah suara.

Aneka Kemungkinan 

Peristiwa pameran Bali Megarupa II 2020 ini tidak cukup hanya dilihat sebagai agenda seni rupa yang mempertaruhkan konsep dan reputasi karya-karya yang ditampilkan. Namun, melampaui semua itu adalah visi dan semangat dasar kuratorial mengapa progam ini dihadirkan, di tengah situasi pandemi.

Bali Megarupa II 2020 menampilkan 43 karya perupa muda berusia di bawah 30 tahun, berupa lukisan, seni instalasi, patung, video art, hingga mural. Pameran melibatkan 45 perupa muda dan 1 komunitas mural terpilih berdasarkan pilihan kurator maupun seleksi open call, dengan mempertimbangkan capaian stilistik, estetik, serta khususnya kreativitas dalam merespons tema.

Menarik melihat bagaimana para perupa muda ini merespon bukan hanya tematik, namun upaya mereka menyikapi ‘ruang’ dan ‘medium’ melalui media digital. Selaras tajuk utama Festival Seni Bali Jani II 2020, “Candika Jiwa: Puitika Atma Kerthi”, semesta kreativitas terkini dalam “mencandikan” jiwa, spirit, taksu, atau ide-ide cemerlang.

Para perupa ini mencoba aneka kemungkinkan ekspresi penciptaan, yang bukan hanya mengeksplorasi warna dan rupa, namun juga medium. Tidak sedikit yang berupaya menautkan ragam gaya dan tematik penciptaan yang berangkat dari nilai-nilai tradisi kemudian dielaborasi, bahkan mungkin ditafsir ulang dengan perangkat penciptaan yang modern kontemporer—termasuk memanfaatkan media digital.

Media digital menyediakan aneka kecanggihan, kemudahan dan peluang bagi kreator untuk menghadirkan kreasi seni secara daring, melampaui definisi sekat-sekat selama ini dianggap telah baku. Melalui media virtual, konsep Ruang, Waktu dan Medium tidak lagi dibatasi oleh pengertian, tetapi sudah melintas batas, menyajikan realitas yang seketika dan serentak. 

Bukan hanya transformasi medium ekspresi para seniman dan kreator, di mana penyelenggaraan pentas seni maupun sastra dari medium luring ke platform digital (daring), namun ini juga mengubah nilai dan cara berpikir masyarakat, mengubah perspektif soal ‘ruang’ dan ‘waktu’.

Fenomena digitalisasi ini melahirkan aneka kemungkinan, peluang, sekaligus juga tantangan. Inilah yang tengah coba dieksplorasi, dielaborasi, serta diwujudkan melalui pameran Bali Megarupa II 2020. Tentu upaya ini tidak dapat dilihat hasilnya seketika masih harus diuji konsistensinya oleh waktu, sampai pada akhirnya menemu bentuknya—mungkin setelah 5 atau 10 tahun mendatang. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun