Mohon tunggu...
Ida Riyani
Ida Riyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030116

Masih labil, suka berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

3 Tradisi Unik Lebaran di Berbagai Daerah Indonesia

14 Mei 2021   20:29 Diperbarui: 14 Mei 2021   20:32 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Tumbilotohe, sumber: cakapcakap.com

Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat dan budaya yang beragam, hal ini ditunjukan dengan adanya berbagai tradisi unik yang hanya dapat di jumpai di setiap daerah Indonesia. Banyaknya pulau pulau yang ada di Indonesia menyebabkan suku bangsa di Indonesia sehingga mereka memiliki kepercayaan dan budaya yang berbeda beda.

Sebulan lamanya seluruh umat muslim berpuasa di bulan Ramadhan. Ketika saatnya di penghujung akhir akan berganti bulan syawal dan diperingatinya tanggal 1 Syawal sebagai hari raya Idul Fitri. Di setiap belahan negara memiliki tradisi yang berbeda-beda. Beberapa daerah di Indonesia menjadi daerah yang paling unik dalam hal tradisi perayaan Idul Fitri atau biasa disebut lebaran. Budaya ini diwariskan secara turun temurun sebagai ciri khas masing-masing daerah.

Perbedaan tradisi hari raya idul fitri membuat perayaan hari raya umat Islam di Indonesia semakin meriah hingga sekarang. Ada beberapa tradisi khas yang hanya dilaksanakan pada lebaran. Selain bersilaturahmi, berikut berbagai budaya lebaran di Indonesia yang hanya dapat dijumpai di masing masing daerah.

  • Tumbilotohe di Gorontalo 

Tumbilotohe adalah perayaan berupa memasang lampu di halaman rumah-rumah penduduk dan di jalan-jalan terutama jalan menuju masjid yang menandakan berakhirnya Ramadan di Gorontalo. Dalam tradisi ini 3 hari menjelang hari raya warga Gorontalo akan memasang lampu minyak di depan rumahnya. Adapun untuk jumlah lampu yang terpasang disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.

Pemasangan lampu dimulai sejak waktu magrib sampai menjelang subuh. Tradisi ini diwariskan secara turun temurun hingga sekarang. Tradisi ini diperkirakan sudah berlangsung sejak abad ke-15. Ketika itu penerangan masih berupa wango-wango, yaitu alat penerangan yang terbuat dari wamuta atau seludang yang dihaluskan dan diruncingkan, kemudian dibakar.

Tahun-tahun berikutnya, alat penerangan mulai menggunakan tohe tutu atau damar yaitu semacam getah padat yang akan menyala cukup lama ketika dibakar. Berkembang lagi dengan memakai lampu yang menggunakan sumbu dari kapas dan minyak kelapa, dengan menggunakan wadah seperti kima, sejenis kerang, dan pepaya yang dipotong dua, dan disebut padamala.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka bahan lampu buat penerangan di ganti minyak tanah hingga sekarang ini. Bahkan untuk lebih menyemarakkan tradisi ini sering ditambahkan dengan ribuan lampu listrik.

Tumbilo tohe, pateya tohe... ta mohile jakati bubohe lo popatii..... Kalimat pantun ini sering lantunkan oleh anak -- anak pada saat tradisi pemasangan lampu dimulai. Budaya turun temurun ini menjadi ajang hiburan masyarakat setempat. Malam tumbilo tohe benar -- benar ramai, bisa di bilang festival paling ramai di Gorontalo.

Saat tradisi tumbilo tohe di gelar, wilayah Gorontalo jadi terang benderang, nyaris tak ada sudut kota yang gelap. Gemerlap lentera tradisi tumbilo tohe yang digantung pada kerangka -- kerangka kayu yang dihiasi dengan janur kuning atau dikenal dengan nama Alikusu (hiasan yang terbuat dari daun kelapa muda) menghiasi kota Gorontalo. Di atas kerangka di gantung sejumlah pisang sebagai lambang kesejahteraan dan tebu sebagai lambang keramahan dan kemuliaan hati menyambut hari raya idulfitri.

Tradisi menyalakan lampu minyak tanah pada penghujung Ramadhan di Gorontalo, sangat diyakini kental dengan nilai agama. Dalam setiap perayaan tradisi ini, masyarakat secara sukarela menyalakan lampu dan menyediakan minyak tanah sendiri tanpa subsidi dari pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun