Mohon tunggu...
Ida Raihan
Ida Raihan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga yang suka menulis

A Blogger | A Writer | A Mother | http://www.idaraihan.com | Email: idaraihan@gmail.com | Twitter/Instagram: @idaraihan | Sempat menulis di beberapa buku Antology keroyokan, duet dalam buku Motovasi "TKW Menulis". Juga sempet menulis Solo di Novel, "Cintaku di Negeri Jackie Chan"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menanggapi Perseteruan Ustadz Solmed dan Organisasi Muslim Hong Kong

15 Agustus 2013   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:17 16482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selasa, 13 Agustus 2013 lalu, saat saya tengah berkunjung ke rumah salah seorang sahabat di daerah Gandaria, Teve di rumah sahabat tersebut sedang menanyangkan sebuah berita yang menarik perhatian saya. Seorang ustadz muda yang wajahnya sudah sering nongol di Teve (katanya - karena saya sendiri belum pernah menyaksikan ceramahnya di Teve) seperti sedang mengklarifikasi sesuatu. Saya yang tak pernah tertarik dengan gosip-gosip artis ataupun Ustadz-Ustadz muda jaman kini, tiba-tiba merasa tertarik untuk menyimak. Semua karena berhubungan dengan Hong Kong.

Saya langsung mencari tahu, bagaimana kronologinya. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi.

Berita yang saya dapat dari sisi organisasi Hong Kong, Thariqul Jannah, yang berencana mengundang Ustadz Solmed untuk mengisi pengajian di Sheung Wan – Hong Kong, pada 15 September nanti, akhirnya memutuskan untuk membatalkan undangannya. Itu mereka lakukan karena Ustadz Solmed memiliki banyak permintaan. Dari minta penginapan yang mewah, tiket PP Jakarta – Hong Kong untuk empat orang, sampai meminta bagian dari uang penjualan tiket dan infak.

Sementara yang saya tangkap dari pemberitaan dan keterangan Ustadz di televisi, sangat bertentangan dengan pihak organisasi Hong Kong. Ustadz Solmed merasa telah melakukan yang benar karena menolak untuk mengisi dakwah di Hong Kong jika para pelaksana pengajiannya tetap mematok tarif untuk setiap peserta yang datang. Sementara pelaksana di Hong Kong menuduh Ustad Solmed telah menyalahi janji untuk datang ke Hong Kong.

Dalam pernyataannya kemarin juga, Ustadz Solmed berkata, bahwa beliau melakukan pembatalan itu karena tidak mau dakwahnya dimanfaatkan sebagai ajang bisnis oleh organisasi yang mengundangnya. Sebagai warga yang pernah tinggal dan berorganisasi di Hong Kong, maka saya jmerasa tersentil, dan tergelitik untuk ikut menanggapi perkataan beliau ini.

Ustadz Solmed SALAH BESAR jika mengatakan penarikan biaya yang berkisar antara HKD $ 20 – HKD $ 100 ini, adalah bisnis. Saya tahu betul pemanfaatan uang yang terkumpul dari hasil penjualan tiket pengajian tersebut. Tak sepeserpun uang-uang tersebut masuk ke dalam kantong para BMI yang mengadakan kegiatan. Mereka melakukan itu, karena untuk mengadakan pengajian besar dengan mendatangkan Ustadz dari luar negeri tentulah membutuhkan biaya yang sangat besar.

Untuk biaya gedung saja terkadang bisa mecapai, HKD $ 25.000 (tergantung gedung mana). Tiket Pulang-Pergi Ustadz sendiri bisa mencapai HKD $ 5.000. Untuk biaya makan dan tinggal di selama di Hong Kong. Belum lagi jika si Ustadz ingin mengunjungi tempat-tempat tertentu Seperti Salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, Patung Buddha, Patung Lilin dan lain-lain. Besarnya biaya bisa melebihi HKD $ 50.000 (Setara Rp 60.000.000-an). Biaya sebegitu besar, bisa didapat dari mana jika tidak diangkat secara gotong royong dengan para jamaah yang hadir? Sedangkan uang dari sponsor, seperti yang diungkapkan Ustadz Solmed sebagai dana transportasi kemarin, tidaklah mungkin akan mampu menutupi semua biaya itu. Paling besar dana yang didapat dari sponsor tidak melebihi HKD $ 10.000! Itupun sudah gabungan dari puluhan sponsor.

Jika pada pengajian tersebut menyisakan dana setelah pemotongan pembiayaan semua administrasi, uang tetap tidak akan pernah menjadi bagian para penyelenggara.

Para Muslimah di Hong Kong yang notabenenya adalah Pekerja Rumah Tangga, juga sangat faham hak dan kewajiban. Mereka tidak buta ilmu pengetahuan tentang agama. Sebagian dari organisasi di Hong Kong memiliki Yayasan di Indonesia. Entah itu Yayasan Yatim Piatu, Badan Zakat, atau pemberdayaan Ummat. Dan bagi yang belum memiliki yayasan sendiri, mereka menjadi donator tetap beberapa Yayasan sekaligus setiap bulannya.

Sebagai salah satu anggota Organisasi Majelis Muslimah Meifoo Hong Kong, dan juga Forum Lingkar Pena Hong Kong, saya dan ratusan anggota lainnya sudah tahu harus dikemanakan uang-uang tersebut. Tidak lain untuk menyumbang sebagian masyarakat kita di Indonesia. Ini adalah cara efektif untuk menggalang dana guna membantu saudara-saudara kita di tanah air.

JADI SALAH BESAR JIKA PUNYAI PIKIRAN BAHWA PENGAJIAN DI HONG KONG ADALAH LADANG BISNIS PARA MUSLIM/MUSLIMAH DI SANA!

Ida Raihan

Kramat Jati, Kamis, 15 Agustus 2013 (Dzuhur Time, 11:58)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun