Mohon tunggu...
Ida Hutasoit
Ida Hutasoit Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Editor

Menulislah dengan hati. Menulislah karena cinta. Niscaya tulisanmu berguna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menepis Risiko "Online Zaman Now"

27 Januari 2018   11:38 Diperbarui: 27 Januari 2018   15:21 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Menyoal kehidupan anak, di era digital atau teknologi komunikasi yang kian berkembang pesat seperti sekarang ini, anak-anak kita begitu dekat dengan dunia "online". Kalaupun belum, cepat atau lambat anak-anak kita akan segera bergabung dengan jutaan anak lain yang menggunakan internet. Selain menawarkan anak-anak pengalaman yang mendidik dan bermanfaat, dunia online tak sedikit yang menimbulkan risiko.

Mesti diakui, internet merupakan tantangan baru bagi orangtua. Tidak seperti televisi ataupun radio, internet bersifat interaktif. Seorang anak bisa berinteraksi dengan siapa pun secara online dari rumah, sekolah, atau tempat lain. Internet memungkinkan setiap pengguna, kapan saja, mengirimkan informasi. 

Termasuk informasi yang tidak akurat, menyesatkan atau tidak pantas untuk anak-anak. Lebih riskannya, hal ini juga memungkinkan orang lain mengumpulkan informasi pribadi dari anak kita. Ditambah orangtua kerapkali sulit mengawasi kegiatan berselancar anak di internet, dimana terkadang justru ada situs-situs yang berbahaya buat mereka. 

Bukan cerita baru, ada banyak kasus kejahatan internet atau cyber crime yang menimpa anak-anak. Mulai dari level ringan hingga level terberat. Itu sebabnya, anak-anak perlu diajar supaya paham aturan dan risiko di dunia maya. Berikut adalah risiko yang sangat umum dialami anak-anak ketika sedang berselancar di internet!

Bullying dan pelecehan. Hal ini kemungkinan besar terjadi lewat situs jejaring sosial, email, atau pesan teks. Sangat penting mendengarkan dan mendorong anak-anak kita untuk membicarakan ketakutan dan perasaan mereka ketika mereka mengalami hal tersebut. Para orangtua bisa mencari tahu di halaman-halaman website terpercaya tentang bagaimana menangani cyber bullying. 

Postingan yang merugikan reputasi. Mungkin anak-anak kita tidak mengerti bahwa "Online is forever". Artinya, tulisan-tulisan maupun foto-foto yang di-posting dalam beberapa hal di masa sekarang, bisa saja 'menghantui'/merugikan mereka di masa depan, dan pengguna internet lain (netizen) mungkin saja menyimpannya, sekalipun tulisan atau foto itu telah dihapus. Karena itu, pastikan anak-anak kita memahami jelas hal ini, terutama jika itu menyangkut foto-foto. Apalagi saat ini telah dikeluarkan Undang-Undang ITE (Informatika dan Transaksi Elektronik). Luangkan waktu menggunakan mesin pencari untuk mencek apa yang pernah di-posting oleh atau tentang anak-anak kita.

Upaya penipuan dan pencurian identitas. Bantu anak-anak kita menyadari bahwa email yang meminta password atau username kemungkinan adalah email palsu, meskipun kelihatannya legal. Mereka tidak seharusnya meng-klik email-email semacam itu. Jelaskan pada mereka bahwa password atau kata sandi tidak untuk dibagikan pada siapa pun kecuali diri sendiri, dan pastikan perangkat operasi sistem dan perangkat keamanan terus up date.

Konten yang tidak pantas. Anak-anak bisa dengan mudah tersandung materi pornografi, kekerasan atau kegiatan-kegiatan ilegal lainnya. Karena itu, gunakan perangkat keamanan yang bisa memungkinkan orangtua mengetahui online-online pornografi atau sejenisnya yang merugikan, yang telah diakses/dilihat anak. Sehingga kita bisa memutuskan bahaya yang lebih besar lagi yang bisa ssaja menimpa anak-anak kita dari ketergantungan online pornografi maupun kekerasan.

Penguntit atau predator di online. Meskipun kasus ini sering menjadi berita utama di media massa, tetapi risiko seorang anak atau remaja dirugikan oleh orang yang mereka kenal di online masih dianggap rendah alias belum benar-benar disikapi dengan serius. Meski begitu, tetaplah berlakukan aturan. Beritahu anak-anak kita jika seseorang yang mereka kenal di online membelokkan percakapan ke arah pribadi atau yang tidak pantas semisal percakapan seksual, mereka harus segera menghentikannya dan melapor pada orangtua. Jika diperlukan dan sudah membahayakan, hubungi pihak kepolisian untuk melacak/mengusutnya. 

Terakhir tetapi sama penting, ajarkan anak-anak kita untuk tidak memberi informasi pribadi (termasuk nama, alamat rumah, no. telepon, usia, ras, nama sekolah atau lokasi, nama teman) atau memakai kartu kredit secara online tanpa seizin kita. Carilah perangkat lunak atau layanan online yang menyaring situs yang ofensif. Banyak internet service provider dan layanan komersil online yang menawarkan situs blocking, pembatasan email yang masuk, dan akun anak-anak yang mengakses layanan tertentu.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun