Mohon tunggu...
Icuk Prayogi
Icuk Prayogi Mohon Tunggu... Dosen - R A H A S I A

Pencinta kucing--pegiat linguistik deskriptif--pengajar bahasa Indonesia dan linguistik--kontributor akun @kenalLinguistik :)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Universalitas Bahasa (Tinjauan Singkat)

12 April 2012   09:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:42 2251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Istilah "bahasa" didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921. Yang dimaksud dengan "bahasa" ini merupakan sesuatu yang human specific (khas manusia).  Hewan tidak punya "bahasa" karena mereka hanya berkomunikasi dengan sinyal, yakni sinyal tubuh, bau, suara, warna, dan sebagainya. Bila Anda beranggapan sinyal ini merupakan "bahasa", maka "sinyal manusia" lebih kompleks dan dapat berubah-ubah, dapat dimaknai dengan arti baru, serta dapat dikombinasi bermacam-macam. Sementara itu, "sinyal di dunia fauna" pada umumnya tidak dikombinasi dan tidak pernah membentuk arti baru (sejak zaman dulu ya itu-itu saja, misalnya kucing tetaplah bersuara "meoooong!!!", kalau "meong-meong" manja palingan lagi minta makan sm majikan, dan umumnya suka mengencingi pojokan rumah demi menunjukkan "wilayah kekuasaannya".hehehe)

Menurut National Geographic, tahun 2005 silam umat manusia di dunia secara aktif menggunakan 6.912 bahasa. Di antara ribuan bahasa tersebut sesama manusia dapat belajar bahasa yang berbeda-beda, walaupun dengan aksara yang berupa-rupa, tapi tetaplah bisa dipelajari karena sama-sama "bahasa manusia". Beo hanya bisa mengucapkan paling banter puluhan kata yg ditiru dari majikannya, tapi si beo juga gak paham artinya, itulah tanda si beo tidak pernah benar-benar bisa berbahasa (beo = tape recorder bisa miber [terbang] :p ).

Manusia, walaupun sampai jelek sekalipun gak bakal bisa berkomunikasi dengan lancar sama semut. Karena tiadanya sinyal hewani yang sama, antara beo dan kucing tidak pernah bisa berkomunikasi (atau bisa, tapi kita gak tau? ngayal!hehehe). Contoh: cobalah berkata-kata atau memerintahkan kucing/anjing untuk membelikan Anda bakso. Bukannya bakso yang dibelikan, tapi uang yang Anda berikan bisa-bisa dimakan.hihihihi

Agar lebih jelas, mari kita bedakan: bahasa adalah milik manusia, sedangkan sinyal terbatas menjadi milik hewan (meskipun manusia juga punya sinyal semacam ini).

Mana yang berperan membentuk bahasa lebih dulu: otak atau lingkungan?

Sistem komunikasi yang sama meskipun berupa banyak perbedaan—dalam hal ini bahasa—yang digunakan umat manusia ini kemudian yang mendasari peranan kodrati (innate) sebagai pembentukan bahasa oleh manusia. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari peranan otak yang menjadi pusat segala aktivitas manusia. Otak menjadi salah satu faktor tumbuhnya bahasa sekaligus memegang peranan vital dalam fungsi-fungsi kebahasaan. Gagasan ini dikemukakan oleh Lenneberg, Chomsky, serta McNeil. Dalam teori ini tugas lingkungan hanyalah memberi sentuhan sedikit sehingga nanti bahasa akan berkembang sendiri.

Berbeda dengan teori innate, di kubu lain dikatakan bahwa saat manusia dilahirkan, otak manusia bagaikan kertas yang putih bersih. Teori ini dinamakan teori tabularasa atau emperisme. Dikatakan dalam teori ini bahwa bahasa berkembang karena jasa lingkungan tempat tumbuhnya si anak menjadi orang dewasa. Bahasa yang dijumpai oleh anak dalam lingkungannnya itulah yang akhirnya berwujud dalam otak. Teori ini mengatakan bahwa bahasa tak akan berkembang tanpa jasa lingkungan.

Tentang mana yang lebih dulu, terserah Anda, tapi saya memilih yang pertama saja :D

Benarkah bahasa manusia benar-benar beda?

Kata orang kuno, bahasa yang berbeda-beda "memisahkan" manusia sehingga kerap menyebabkan timbulnya salah paham. Namun, apakah bahasa di dunia benar-benar berbeda? Sebenarnya tidak ada perbedaan fundamental antara bahasa Jerman, Mandarin, Arab, Jawa Kuno, Jepang, Sansekerta, atau Bahasa Indonesia sekali pun. Karena itu, bahasa apa pun, asalkan masih "bahasa manusia", dapatlah dipelajari. Orang Indonesia bisa belajar bahasa Rusia, orang Zimbabwe bisa belajar bahasa Tagalog, dan orang Eskimo bisa diajari bahasa Hindi, tapi "bahasa" hewani tidak bisa dipelajari dan diajarkan.

Kebisaan antarmanusia dapat saling mempelajari semua bahasa di dunia membuat salah satu calon linguis besar dunia pada 1950-an, Noam Chomsky, membuat satu hipotesis bahwa basis semua bahasa di dunia adalah tata bahasa universal, yang ada dalam diri setiap orang. Hipotesis ini menjadi sangat heboh pada saat itu. Hal itu kemudian menyulut revolusi di riset otak manusia. Hipotesis itu berkembang pesar, dan kemudian menjadi semacam gerakan ahli bahasa (disebut "linguis") untuk mencari kaidah-kaidah keuniversalan bahasa manusia (disebut "tatabahasa universal").

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun