Kita adalah Amy yang selalu berpikiran positif tentang seseorang. Apalagi jika seseorang tersebut memang baik pada kita dan tak punya masalah apapun dengan kita. Bagaimana mungkin kita mencurigai seseorang senormal Charlie yang bahkan dengan mudah bisa diterima baik oleh kedua anak perempuannya?
Dan Tobias menebar teror ke penonton tanpa elemen darah, kekerasan dan adegan kontroversial. Kita ikut panik ketika sadar bahwa seorang pembunuh telah menyusup ke dalam hidup perawat berdedikasi seperti Amy. Kita takut jika Charlie ternyata sebagaimana pembunuh berdarah dingin lainnya. Kita takut terjadi hal-hal yang sebenarnya kita inginkan, yang sering kita lihat di kisah tentang pembunuh berdarah dingin lainnya.
Dan letak menariknya "The Good Nurse" ada di situ. Tak ada tokoh yang benar-benar jahat. Charlie bahkan tak punya motivasi kuat ketika ia melakukan pembunuhan berencana itu. Dan ia terus menerus melakukannya hingga korban ditaksir mencapai 400 orang. Harap diingat, ini adalah kisah nyata.
Tapi mungkin kita menjadi sangat ngeri karena melihat bahwa pembunuh berdarah dingin tak perlu seeksentrik Dahmer atau pembunuh berdarah dingin lainnya. Alarm kewaspadaan kita tiba-tiba menyala terus menerus karena kita tak lagi bisa mengidentifikasi adanya pembunuh berdarah dingin di sekitar kita. Lha wong pembunuhnya teman sendiri kok, lha wong pembunuhnya rekan kerja sendiri kok dan ia senormal kita kok.
Saya selalu memuji upaya pembuat film untuk memberontak keluar dari ekspektasi. Tak ingin terkungkung dalam formula. Selalu mencoba mencari cara untuk bercerita dengan berbeda. Dan "The Good Nurse" berhasil melakukannya. Dan kita selalu perlu Tobias Lindholm baru yang tak takut dengan resiko keluar dari kotak.
THE GOOD NURSE
Produser: Darren Aronofsky, Scott Franklin, Michael Jackman
Sutradara: Tobias Lindholm
Penulis Skenario: Krysty Wilson-Cairns
Pemain: Jessica Chastain, Eddie Redmayne, Kim Dickens
ICHWAN PERSADA