Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Jelajahi Dunia, Jelajahi Semangat Muda

3 Januari 2023   13:24 Diperbarui: 3 Januari 2023   13:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelajahi Dunia, Jelajahi Semangat Muda

Dalam budaya pop, The Beatles mendapat tempat terhormat. Lagu--lagunya yang sederhana dan senantiasa menyuarakan pesan damai, disukai banyak orang, dan dikenang karena tak luntur dimakan zaman. Julie Taymor mungkin termasuk salah satu pengagum The Beatles, sehingga ia mencampur dialog dengan lirik lagu dari supergrup yang dikomandoi John Lennon itu dalam karya terbarunya, "Across The Universe".

Maka I Wanna Hold Your Hand, Come Together hingga Let It Be mengalun sebagai bagian dari keluh kesah dan suasana hati karakter--karakter dalam filmnya, hingga mendapatkan momentumnya karena cerita juga mengakar pada semangat perdamaian. 

Tiga tokoh utamanya digambarkan sebagai anak muda yang percaya bahwa perang bukanlah penyelesaian masalah yang baik. Ada Jude (Jim Sturgess) yang menempuh perjalanan jauh demi bertemu ayah yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Jude-lah yang menjadi pengantar cerita dan dituturkan secara unik di opening film, dengan lirik seperti ini: "Is there anybody want to hear my story ?

Jude kemudian bertemu  Max (Joe Anderson). Max tipikal pemberontak, adiknya seorang gadis cantik bernama Lucie (Evan Rachel Wood). Cerita Across The Universe sebenarnya biasa--biasa saja, namun Taymor mampu meramunya dengan pilihan lagu demi lagu yang tepat, koreografi yang memukau, hingga ke pencapaian artistik gila--gilaan.


Saya mencoba menyamakan film ini dengan "Opera Jawa" (Garin Nugroho, 2007) dimana Garin dengan brilian menggabungkan kisah yang sudah dikenal banyak orang dengan berbagai unsur seni yang terdiri dari tari, musik, hingga seni instalasi yang provokatif. Jujur, saya malah tidak akrab dengan cerita "Opera Jawa", namun saya mencoba menikmati filmnya sebagai pencapaian baru bagi perfilman nasional saat ini. 

Sementara di "Across The Universe", saya merasa lebih relate dengan persoalan--persoalannya, juga dengan lagu--lagunya. Padahal saya bukan pengagum berat The Beatles, sekedar tahu lagu--lagunya. Pun saya tidak hidup di era ketika perang meletus dan semua orang berteriak keras mengutuk peperangan. Hanya saja, entah mengapa di "Across The Universe", Taymor membuat saya lebih paham esensi lagu karya Lennon dkk itu.

"Across The Universe" menyihir orang--orang seperti saya, yang memang tahu lagu--lagu The Beatles, untuk merasakan semangat pemberontakan, semangat muda yang dipunyai Jude, Max dan Lucie. Dan saya pun simpati pada mereka yang berani menjelajahi dunia demi mencari apa yang diinginkannya, seperti yang dilakukan trio ini. 

Spirit itu saya rasakan mengalir sebagai energi positif ke diri saya sepanjang menikmati film berdurasi 133 menit ini. Jadinya memang saya tak begitu peduli pada apa yang akan terjadi pada tokohnya, karena saya dibutakan oleh (antara lain) kelihaian Taymor mengolah cerita sederhana menjadi sensasi visual menakjubkan. Bayangkan adegan deretan strawberry ditempel di dinding, masing--masing buahnya meneteskan air yang sepintas seperti darah! 

Nuansa absurd mungkin terasa disana, tapi memang jadi sebuah pemandangan menakjubkan bagi saya. Dan film ini menutupi beragam kelemahannya dengan sensasi visual provokatif. Seperti menonton "Selamanya" (2007) yang miskin cerita, namun di tangan Ody C Harahap jadi sebuah film dengan pencapaian visual menarik.

Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah Across The Universe adalah sebuah film yang bagus? Well, buat saya, maybe this film is not the best, but for sure this is the coolest film I've ever seen. Hidup semangat muda!

*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.

Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun