Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Banyak Jalan Menuju Sukses

30 Desember 2022   13:17 Diperbarui: 30 Desember 2022   13:32 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak Jalan Menuju Sukses 

Sinetron produksi dalam negeri saat ini mencapai titik terendah dari segi mutu. Bisa jadi karena sinetron kini telah jadi industri, sehingga mutu tak lagi menjadi yang utama. 

Karena kejar tayang, akhirnya kualitas cenderung  terpinggirkan. Maka berkacalah pada sinetron yang nyaris seragam dengan benang merah 'menjual mimpi'. Sebagian besar sinetron mengedepankan setting rumah megah, pemain yang hanya bermodal wajah ganteng dan cantik namun tak paham dasar akting dan tampil dengan dandanan wah, serta mobil mentereng dan tentengan ponsel keluaran mutakhir. 

Seakan Indonesia adalah negara super kaya yang sebagian besar penduduknya kaya raya. Mengapa kita tak malu dan mencontoh sineas negara lain, katakanlah Amerika. Beberapa diantaranya berani memotret dengan jujur wajah lingkungan yang tak selamanya indah. Curtis Hanson yang pernah mengejutkan dengan karyanya "LA Confidential" (1997), membingkai wajah Detroit tahun 1995 dengan pas, tanpa berusaha menyembunyikan borok--boroknya.

Sejak layar dibuka, "8 Mile" (2002) seakan mengatakan, "Jangan berharap melihat dunia serba nyaman dan riang !" sebab itulah kenyataan yang ada. Seperti yang dialami Jimmy Smith Jr a.k.a Rabbit (Eminem). 

Obsesinya menjadi penyanyi rap tak luntur, walaupun ia berkulit putih. Susah membayangkan perjuangannya memasuki dunia yang didominasi kaum kulit hitam. Namun begitu, Rabbit tak gentar dan pantang menyerah, dibantu oleh gengnya, Third One Three yang dipimpin Future (Mekhi Phifer), dengan tekun ia mengasah bakatnya yang luar biasa. 

Di saat bersamaan, ia juga mesti mengatasi kemelut hidup bersama ibunya, Stephanie (Kim Basinger) dan adiknya semata wayang, Lily. Sayangnya, Rabbit 'dikaruniai' sifat yang cenderung temperamental, ini membuatnya sering terlibat masalah. Lalu kehadiran Alex (Brittany Murphy) sedikit demi sedikit meningkatkan semangatnya untuk mewujudkan mimpi besarnya: menerobos dunia rekaman.

Sungguh asyik menyaksikan "8 Mile" yang mengalir lancar sejak awal.  Curtis Hanson berbekal keterampilan plus pengalaman, pandai menjaga ritme dan seakan membiarkan cerita karya Scott Silver ini 'berbicara' sendiri kepada penontonnya. Dan penonton memang bisa merasakan keterkaitan dengan tokoh Jimmy, memahami perjuangannya, siang malam mengumpulkan uang demi membiayai demo rekaman. Penonton mana yang tak simpatik dengan kegigihannya yang tak kenal lelah. Tentu, ini juga hasil kerja keras Eminem yang untuk pertama kalinya bermain film.


Banyak yang sinis dengan keberhasilan pemilik nama asli Marshall Mathers III ini dalam menokohkan Rabbit. Menurut mereka, Eminem dengan mudah masuk ke karakter tersebut karena tokoh Rabbit ibarat kembar identik dengan dirinya. Padahal sesungguhnya, justru sangat sulit memerankan diri sendiri. Lebih gampang memerankan karakter yang jauh berbeda dengan sifat asli sang pemain. 

Di "8 Mile", Eminem bermain wajar sehingga mendapatkan penggambaran yang pas, dimana beberapa pihak memandangnya sebagai pencapaian akting yang bagus untuk ukuran pendatang baru. Atribut Eminem sebagai superstar betul--betul dilepaskannya, hingga tak tercium lagi keberadaan Eminem di film ini. 

Yang ada hanyalah Rabbit, seorang pekerja keras. Bandingkan dengan sinetron kita, dimana para bintangnya kadang berpenampilan tak pantas untuk karakter tokoh yang dimainkannya. Adakah seorang pengamen dengan wajah mulus terawat dan rambut sebahu yang kentara betul sering di-rebonding ala Teuku Zacky? 

Inilah yang mungkin bisa kita sebut sebagai 'pelecehan logika'. Di "8 Mile", Kim Basinger (peraih Oscar lewat "LA Confidential") pun rela saja tampil kumuh sebagaimana tokoh yang diperankannya. Dengan demikian, penonton pun meyakini keberadaannya di layar.

Walaupun dikonsep sebagai film hiburan, tak berarti "8 Mile" mengacuhkan mutu. Dari luar sepertinya film ini hanya menawarkan keriuhan dunia rap bawah tanah ala Detroit, padahal banyak pesan moral yang disisipkan di dalamnya.

Kita boleh jengah dengan penggunaan kata f**k dan s**t yang diucapkan hingga ratusan kali, namun kita juga tak bisa begitu saja memalingkan muka dari kenyataan bahwa 8 Mile mengobarkan semangat juang dan kerja keras demi mencapai sesuatu. Bahwa ada dunia 'lain' yang diisi oleh para pengangguran, orang--orang yang akrab dipanggil 'pecundang' dan sebagainya.

Dunia tak hanya diisi orang--orang berada saja dengan pameran kekayaan yang kadang membuat sebagian orang merasa muak, bukan karena iri, tapi karena tak suka dengan cara mereka menunjukkannya. Jadi, untuk para orang tua, jangan takut mengajak putra-putri anda menyaksikan film ini. Di luar penggunaan kata--kata umpatan dan beberapa adegan yang mengarah ke seksual, film ini bisa memberikan perspektif berbeda kepada mereka bagaimana mengarungi hidup dengan berjuang sekuat tenaga. Dengan keyakinan, impian tersebut bisa tercapai.

*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.

Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun