Mohon tunggu...
Ichas Semesta
Ichas Semesta Mohon Tunggu... Peternak - hanya seorang lelaki dari kaki merapi

Mantan penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Sunda, Jawa, dan Indonesia

23 Januari 2020   15:50 Diperbarui: 23 Januari 2020   16:42 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Merasa berwarna,mendengar dua bahasa dalam satu angkot,aku menikmati penuh seksama,tiga wanita berdialog dengan bahasa sunda,lima lainnya terdengar saling menyambung kata dengan bahasa jawa pesisir,sementara aji dan iwan menemani ku dengan bahasa Indonesia,meskipun sesekali aji dan iwan bersaut menggunakan bahasa sunda,karena mereka memang tinggal di dusun pasundan,geografis nya cukup unik,lereng yang kami tinggali dan menjadi kampung kedua ku berbahasa sunda,sementara kampung di bawah kami,yang hanya dibatasi sungai berbahasa jawa pesisir.

Satu dua kata aku dapat menangkap artinya,entah itu bahasa sunda maupun jawa pesisir,karena memang sama dengan kata keseharian ku di Jogja,"ah...nanti lama lama kamu juga bisa berbahasa sunda Den,"kata Aji saat mobil angkot berhenti untuk menaikkan penumpang,pagi di hari pertama MOS hampir semua penumpang adalah pelajar,ada yang SMP tetapi kebanyakan anak SMA,mungkin karena anak SMP masih diantar oleh orang tua.

Gerbang kota berdiri kokoh di kanan kiri jalan beraspal halus,dihiasi trotoar dengan taman bunga,sesuatu yang tidak ada di awal perjalanan,selain hanya parit dan hamparan sawah.Beberapa penumpang turun karena telah sampai di sekolah,aku amati,stiap penumpang perempuan turun,tangan kernet dengan sengaja menyentuh pantat,nampak wajah kesal dari mereka,ada pula yang spontan berkata kasar,tapi kernet malah tersenyum merasa menang.

Tiba tiba saja ada dorongan dalam diriku,seandainya perempuan yang persis duduk didepan ku juga diperlukan sama,aku akan bertindak,masih sempat aku berpikir,aku ini anak baru,pendatang,apakah yang akan aku lakukan tidak nyari penyakit? Angkot berhenti,dan sisa penumpang turun,satu perempuan menjerit karena pantatnya dipegang kernet,aku memberi jalan pada perempuan di depan ku untuk keluar lebih dahulu,aku di belakang sambil mengawasi tangan kernet,saat tangan kiri kernet hendak menyentuh pantat,aku tahan dengan tangan kanan ku,aku turun dan memberikan ongkos,"ini pacarku!" perempuan didepan ku mlihat apa yang aku lakukan,kernet sempat melotot,namun supir menyuruhnya naik sebelum mulutnya bersuara,"terimakasih" perempuan itu tersenyum.

Namanya Ratnapuri,ternyata satu sekolah,selesai MOS kami menjadi teman satu kelas,berharap setiap berangkat bisa satu angkot,begitu pula saat pulang,senyum nya menjadi alasan agar aku betah,meskipun sebenarnya aku lebih senang sekolah di kampung halaman,"Jogja kota pelajar,kenapa kamu malah kemari? "tanya Dimas,teman satu kelas pada suatu hari,aku butuh jeda lama untuk menjawab,sebab aku sebenarnya malas  menjawab,"ikut ortu"jawabku kemudian.

Sebulan sudah menjadi orang sunda,dan seperti kata Aji,nanti lama lama juga akan bisa berbahasa sunda,aku sudah mulai berdialog harian menggunakan bahasa sunda,jika lupa,langsung balik lagi dengan bahasa Indonesia.aku masih hafal dengan angkot yang aku naiki,ini adalah angkot saat hari pertama MOS,mataku kesana kemari mencari sosok kernet mesum sebulan lalu,setelah kejadian waktu itu,hanya tiga kali melihat si kernet,setelah itu tak pernah terlihat lagi,"mang kok sendiri,kernet nya mana?",tanyaku sesaat setelah mengulurkan selembar lima ribuan,"sekolah?" "iya di rutan", supir menceritakan seminggu lalu kernet nya ditangkap polisi setelah dilaporkan oleh penumpang perempuan yang tidak terima dilecehkan.

Memori 93

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun