Mohon tunggu...
Ichan Lagur
Ichan Lagur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Asli

#YNWA. Felixianus Usdialan Lagur. Black Boy; suka kopi dan gitar. Cp: Lagurirsan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Facebook, Mantan, dan Move On yang Sia-sia

20 November 2019   13:29 Diperbarui: 21 November 2019   19:51 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi patah hati. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Perkembangan media sosial dewasa ini telah memberikan banyak dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak positif maupun negatif. Media sosial adalah sebuah ruang bersosialisasi. 

Di ruang ini, kita bisa berkenalan dengan banyak orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Media sosial menjadi semacam kampung kecil bagi warga seluruh dunia yang dengannya kita dapat saling berbagi dan bertukar informasi. 

Melalui media sosial juga kita bisa bertemu dan dipertemukan dengan keluarga (melalui basa-basi dan nunduk di inbox); atau bersua kembali dengan teman-teman SD, SMP maupun SMA yang telah lama hilang. 

Di sisi lain, kehadiran Facebook telah menjadi gudang penyebaran hoaks maupun ujaran-ujaran kebencian yang mengancam dan merong-rong kebhinekaan bangsa. Eheemmm.. 

Pada catatan lepas kali ini, saya tidak sedang menguraikan pertimbangan-pertimbangan plus minus-nya itu benda yang kita sebut media sosial; itu materi yang terlampau berat untuk otak kecil saya. 

Saya hadir di ruang ini untuk sekadar membagikan pengalaman saya tentang media sosial Facebook dengan salah satu item menunya yang bertajuk "Lihat Kenangan Anda".

Pada tempat yang pertama, rasanya tidaklah berlebihan bila saya mengajak kita semua untuk berterima kasih kepada media sosial yang telah menyimpan sejumlah kenangan yang telah kita lalui dalam hidup.

Ada begitu banyak foto, video, cerita, memori dan aneka kepingan lain yang dapat kita simpan di media sosial. Semua hal yang pernah kita unggah ke dalam media sosial tersebut tersimpan dengan baik; sesekali kita bisa membukanya kembali; baik untuk tujuan-tujuan khusus maupun untuk sekadar merawat ingatan.

Facebook melalui salah satu itemnya yang bertajuk "Lihat Kenangan Anda", sebetulnya telah hadir sebagai penyimpan dan perawat kenangan manusia.

Melalui item ini sesekali kita diajak untuk berlari mundur pada baris waktu dan bernostalgia dengan kenangan yang terukir pada langit-langit ingatannya. Kehadiran item ini memungkinkan kita untuk melihat kembali tiap cerita dan jejak-jejak langkah yang telah kita pahat beberapa waktu silam. 

Keberadaannya menjadikan kita mampu tuk menghidupkan kembali kepingan-kepingan memori yang pelan-pelan terlupakan dari ingatan; kehadirannya memampukan kita tuk mengingat kembali baris-baris  asa yang pernah ikrarkan.

Baris-baris memori yang terkikis arus waktu maupun tertimbun endapan ingatan yang lainnya, dihidupkan kembali oleh Facebook dalam wujud caption, foto, video, dan penggalan status yang pernah kita titipkan.

Facebook paham bahwa menyimpan kenangan dan sewaktu-waktu menghidupkannya kembali tentu sangatlah penting bagi setiap user agar ia (baca:user) memahami latar sejarahnya sendiri.

Facebook -dan setiap kita yang merawat sejarah- tentu berharap, kiranya keberadaan sejarah dan masa lalu memampukan kita untuk bisa belajar dari sejarah.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Pelajaran sejarah itu diharapkan mampu menjadikan kita lebih baik di hari-hari esok; walaupun dalam nada yang pasrah sejarah peradaban selalu mengajarkan bahwa manusia tidak pernah benar-benar belajar dari sejarahnya sendiri. Omong apa saya??

Melalui setiap kenangan yang terekam pada tiap dinding-dindingnya, setiap pengguna jadi tahu dan sadar akan setiap momen yang telah dilaluinya; entah itu masa sedih, senang, fase-fase baper, kekokonyolan, maupun hal-hal lain yang pernah diabadikan oleh para pengguna pada tiap dinding facebooknya. 

Mark dalam Facebooknya menghadirkan media menu "Lihat Kenangan Anda" tentu dengan pertimbangan yang baik; ia sadar ingatan perlu dirawat dan merekam sejarah perjalanan hidup manusia hanya melalui ingatan adalah sebuah pekerjaan yang rapuh, untuk tidak menyebutnya sedikit sia-sia. Betapa tidak, toh ingatan itu seperti kertas; ia ringan dan mudah melayang. Demikian kata GM.  

Kita tentu mengamini bahwa menghidupkan kenangan dalam kekuatan daya ingatan adalah sebuah usaha menyimpan kenangan di atas kontruksi yang rapuh dan gampang melayang. Seiring perjalanan waktu, ia (baca:ingatan) kan kian melemah; ia bisa saja hilang atau bisa juga kita mengingatkan dengan cara yang salah.

Hal itu wajar adanya, selain karena endapan-endapan ingatan; hal lain yang memungkinkannya terjadi ialah sel-sel otak yang menjadi tali pengikatnya juga terbangun atas konstruksi yang lemah.

Bagaimanapun juga, sebagian besar ingatan yang tersimpan dalam kekuatan ingatan akan terkikis dan kandas seiring berjalannya waktu. Karena itu sekali lagi, untuk budi baiknya dan jasa luar biasanya sebagai perawat ingatan, kita patut berterima kasih kepada Facebook.

Sayangnya, Facebook sepertinya lupa akan satu hal yakni: tidak semua hal (baca:kenangan) ingin manusia hidupkan kembali. Terkadang ada banyak hal, kisah, cerita, dan kepingan ingatan yang ingin ia (baca:manusia) kubur dan lupakan karena membangkitkannya kembali berarti mengurai luka lama.

Pengalaman-pengalaman semacam trauma masa lalu, tragedi, musibah ataupun pengalaman-pengalaman pahit nan kelam lainnya adalah sedikit dari sekian banyak bagian hidup seseorang yang hendak ia lupakan terkadang ada beberapa hal yang terlanjur diposting pada suatu masa, tetapi pada masa yang lain ia berubah dan menjadi pemicu lahirnya ingatan-ingatan yang tak ingin diingat.

Seperti halnya mengingat; melupakan adalah salah satu usaha paling sulit yang dilakukan oleh manusia. Dalam konteks ini, sebuah usaha untuk mengingat sesuatu yang telah dilupakan sama beratnya dengan melupakan sesuatu yang terlanjur diingat.

Betapa tidak, setiap kali manusia berada pada titik usaha untuk melupakan sesuatu; di saat seperti itulah ia telah menghidupkan kembali apa yang hendak ia kubur dalam-dalam. Pusing kan?? Saya juga

Simpelnya begini ka teman, pada saat kau berusaha dan berpikir untuk melupakan salah satu kenangan buruk dalam kau punya hidup, sebetulnya di saat yang sama kau telah menguraikan dan membangkitkan kembali semua itu kenangan yang hendak kau lupakan.

Sekarang su mengerti toh, melupakan yang berkategori kata kerja sebetulnya bukanlah hasil sebuah aktivitas ataupun usaha. Melupakan itu bias atau efek dari tapak perjalanan waktu. 

(Me-)lupa(-kan) adalah sebuah kondisi yang mengalir dan berlalu begitu saja bersama waktu sebagai bias endapan memori; sebagai efek domino tumpukka-tumpukan ingatan yang bertambah banyak dalam kepala.

Jadi jangan pernah ada kata usaha dalam proses belajar melupakan; cukup menjadikan diri ikhlas dan biarkan semuanya mengalir apa adanya, nanti lupa sendiri. Ehhh??

Setelah sampai pada paragraf ini, mungkin Anda bertanya: apa urusannya ini uraian yang tidak jelas dengan Mantan dan kata Move On??

Jadi begini pembaca yang baik dan tidak sombong, inilah sebetulnya alasan saya membuat uraian panjang lebar, tidak berbobot, dan tidak jelas ini. Di suatu pagi pada tanggal sekian-sekian, saya membuka menu "Lihat Kenangan Anda" yang telah Facebook siapkan untuk saya. 

Awalnya saya terpingkal-pingkal karena membaca status-status alay yang pernah saya buat, foto-foto konyol semasa SMA dan semasa tingkat I-II. Saya jadi ingat masa malu-malu kucing dengan timi drumband pemain senar yang masa itu saya suka setengah mati; juga guru kurang kerjaan yang hobi gunting rambut dan celana. 

Saya kemudian dibawa kembali ke momen-momen semasa praktik di Laboratorium Beton Teknik Sipil Undana; saya jadi ingat senior muka jelek yang suka bentak tapi banyak ulang mata kuliah dengan kami, saya jadi ingat dosen yang kasi soal satu potong tapi penyelesainnya dua lembar folio bergaris, saja jadi teringat dengan tiap sudut ruang kampus kelasnya calon-calon kontraktor; juga kebaikan hatinya Oma Elektro, tempat saya biasa bon nasi bungkus. 

Saya membaca kembali tiap komentarnya lalu bernostalgia dengan ingatan tentang teman-teman yang namanya tersimpan jelas pada kolom komentar. Saya jadi teringat pada setiap kekonyolan dan tingkah bodoh yang pernah kami buat pada masa itu. Ahhh,, betapa lucu dan menggemaskannya makhluk-makhluk tersesat ini.

Sayangnya, setelah sekian lama mengutak-atik bentuk kenangan masa lalu tersebut, saya sampai pada foto mantan yang masih disimpan dengan baik oleh aplikasi Facebook. Di situ saya membaca komentar-komentar yang yahhh,, begitulah.

Setelah sekian lama jatuh cinta, patah hati, menangis (haalllaa alay), terpuruk, jengejiut, kebuk, bangkit, menata hidup dari puing-puing tersisa dan kemudian melupakan mantan dengan segala keindahan yang pernah ia tawarkan; Facebook membawa saya kembali ke masa-masa indah itu. Kembali pada sebuah masa yang telah saya coba hilangkan dengan sekuat tenaga. 

Kerjaan facebook yang membawa saya kembali ke kenangan itu sebetulnya telah menghidupkan kembali saraf-saraf ingatan dan membangkitkan kenangan-kenangan tentang mantan yang terlanjur mengendap. Dalam sekejap seluruh isi kepala saya mendadak menjadi segala hal tentang mantan. 

Setelah melalui fase sulit yang panjang dan sukses melewati ujian move on, Facebook berulah lalu membawa saya kembali lagi ke titik nol, ke titik ketika saya patah hati, terpuruk, hancur, dan lebur.  

Sialan kau Facebook, Kau buat saya jadi bernostalgia banyak tentang kenangan masa silam; bernostalgia dengan lonceng gereja, dengan kapela tua, bukit gua di tepi kota, kenangan valentine, UKM Kampus, dan kenangan manis-manis bangsat lainnya di antara rinai malu-malu hujan yang pernah jadi saksi bisu. 

Facebook, kenapa harus kenangan yang ini? Mengapa hal yang sudah saya kubur dalam-dalam kau bangkitkan dan hidupkan kembali tepat di hujan pagi November yang kelam!!

*Tulisan lama, saat masih jadi mahasiswa semester tidak enak prodi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Santu Paulus Ruteng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun