Mohon tunggu...
Icha Nors
Icha Nors Mohon Tunggu... Guru - ibu rumah tangga, pendidik

Berhenti melihat jam/waktu dan mulai melihat dengan mata\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak TK Mempunyai Pacar? Ah, Biasa saja

15 Mei 2015   04:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14316769661535871737

[caption id="attachment_417656" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption]

Menjadi guru TK/RA sebenarnya tidak mudah, karena pada masa praoperasional ini anak cenderung menjadi peniru ulung, rasa ingin tahunya sangat besar dan egosentris. Terkadang ingin tertawa sendiri menyaksikan ulah mereka, tapi kadang juga sedih bila tingkat perkembangannya tidak searah dengan apa yang diharapkan.

Pengaruh lingkungan dan informasi global sering menjadi pemicu munculnya celoteh-celoteh anak yang terkadang aneh di telinga orang dewasa. Para pengasuh di lembaga-lembaga pendidikan prasekolah sering dibuat terperanjat. Anak dalam  mengomunikasikan kebutuhan, pemikiran dan perasaanya menggunakan kata-kata yang bermakna unik bahkan ekstrem.

Kosakata dan istilah-istilah baru sebenarnya mereka dapatkan tidak semata dari hasil transfer pengetahuan oleh gurunya di sekolah. Sebaliknya, lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka tinggal. Atau media audio visual yang menjadi tontonan dalam keluarganya sehari-hari. Anehnya, hal-hal yang berkonotasi negatif justru mudah sekali mereka ingat dan hapal dibanding dengan yang positif yang seharusnya mereka tiru.

Contoh nyata adalah cerita Bu Novi ketika sedang mengajar di Kelompok A3 pada sebuah Taman Kanak-Kanak. Dalam sebuah kegiatan mewarnai seorang anak perempuan, sebut saja Dini meminta crayon warna kuning yang disukainya kepada Thofin.

“Fin, bawa sini dong crayon kuningnya,” rengek Dini.

Tofin bergeming hingga Dini merangsek makin dekat duduknya dengan Tofin lalu bilang:

“Alaaaah, Fin, kalau gitu aku nggak mau jadi pacarmu lho.”

Mendengar ucapan Dini, bu Novi lalu bertanya, “Memangnya pacar itu apa sih, Mbak Dini?”

“Pacar itu jika di rumah kita sering menceritakan dia pada kakak, pada ayah dan mama,” jelas Dini.

“Dini sering cerita tentang Tofin di rumah?”

“Iya, habis Tofin itu ganteng. Kakak bilang aku pacar Tofin.”

Plak….. kepala Bu Novi seketika serasa terbentur tembok. Apa yang salah dalam proses perkembangan Dini?

Sebenarnya tidak ada yang salah, pada tahap praoperasional (2-7 tahun) anak memang cenderung berpikir menggunakan simbol-simbol danpencitraan batiniah. Namun pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.

Barangkali istilah pacar yang dimaksud berbeda dengan pacar dalam pemahaman orang dewasa. Kemampuan anak memahami istilah atau bahasa sebagian besar terbatas pada pandangannya sendiri. Dengan kata lain anak mempunyai keterbatasan dalam memahami bahasa dari sudut pandang orang lain.

Itulah mengapa kita sebagai orang tua harus berhati-hati dalam berlaku dan bertutur kata di depan anak-anak yang merupakan peniru ulung. Jangan sampai anak menjadi korban istilah-istilah yang sebenarnya belum layak diucapkan oleh seorang kanak-kanak.

Itu saja, selamat pagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun