Mohon tunggu...
Icha Nors
Icha Nors Mohon Tunggu... Guru - ibu rumah tangga, pendidik

Berhenti melihat jam/waktu dan mulai melihat dengan mata\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Dangkel Pisang Koq Dimakan, Rakus Amat

27 Mei 2012   09:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:43 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Tersenyum saya membaca layanan gratis MNS KOMPAS hari ini, judulnya, Camilan: “Laut dikuras, Ladang dibabat.” Dari judul ini pembaca pasti sudah bisa menebak apa isinya. Ya, ringkasnya bangsa kita termasuk bangsa yang rakus, ha..ha…

Meskipun maksudnya adalah memberdayakan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk menggali potensi kekayaan alam dan kekreatifan bangsa Indonesia dalam pengadaan aneka pangan yang bersumber dari berbagai hasil bumi, laut dan hutan,namun secara logika bisa dikatakan bahwa manusia itu memang rakus. Apa saja bisa dijadikan santapan. Bayangkan, dulu yang namanya bekicot, teripang, ubur-ubur, gendon itu sangat menjijikkan untuk disentuh apalagi dimakan, hi….Kulit pisang, kulit singkong, isi rambutan, gedebog, dangkel pisang (segala umbi-umbian) semua disulap jadi cemilan beraneka rasa, gurih, asin, manis dan pedas. Semua diproduksi dalam rangka memanjakan nafsu ngemil yang berpotensi menggemukkan alias menyebabkan obesitas.

Cemilan = Makanan Sehat ?

Pangan bagi manusia merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup dan menjalankan kehidupan. Makan diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Secara fisiologik, makan merupakan suatu bentuk pemenuhan atau pemuasan rasa lapar.

Kebutuhan makan pada seseorang diperlukan secukupnya, yang berarti kurang atau lebih dari cukup,terlebih dalam jangka waktu yang cukup lama akan berdampak buruk pada kesehatan. Oleh sebab itu disusunlah angka kecukupan giziyang dianjurkan sesuai untuk penduduk yang tinggal di wilayah tertentu.

Enaknya camilan membuat anak-anak bahkan orang tua ketagihan untuk memakannya dan sering sulit dihentikan. Hal inilah yang memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti ketiadaannya keseimbangan zat-zat gizi.

Memang cemilan tak selamanya buruk. Selama bisa memilih jenis cemilan dan waktu yang tepat, cemilan justru akan membantu tubuh tetap sehat, kalau waktu ngemilnya tepat dan jenis camilannya juga sehat, justru manfaat yang akan di dapat.

Intinya, ngemil tidak dilarang selagi ada batasan. Toh gara-gara cemilan tingkat ekonomi masyarakat makin membaik, karena semakin riuhnya industri cemilan di pelosok negeri yang berarti makin terbukanya lapangan pekerjaan dan bertambahnya income masyarakat.

Mulailah menengok kanan kiri pekarangan kita, siapa tahu ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan cemilan. Dangkel (bonggol) pisang yang dulu terbuang dan menurut cerita dulu pada penjajahan Jepang menjadi makanan pokok penduduk karena padinya disita, toh sekarang berubah jadi keripik cemilan bergengsi.

Atau bisa jadi karena kita memang sudah kehabisan bahan pangan sehingga kembali menjadi bangsa terjajah yang rakus, he…he…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun