Mohon tunggu...
J Ernawanti
J Ernawanti Mohon Tunggu... -

Guru bagi Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru bagi Ibu Pertiwi (Part I)

26 Oktober 2013   13:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya sudah lama mendengar bahwa pendidikan Finlandia merupakan pendidikan dengan sistem terbaik. Memang Negara Findlandia adalah Peringkat 1 dengan sistem pendidikan terbaik dunia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Pada tahun 2006, murid sekolah Finlandia telah mencatat prestasi rata-rata tertinggi di bidang sains dan membaca di jajaran negara maju. Untuk ujian standard OECD, bagi siswa kelompok usia 15 tahun, PISA, mereka juga menempati peringkat kedua di matematika.

Pada tahun diadakan nya olimpiade matematika itu, Korea Selatan yang juga sangat baik dalam bidang pendidikan menempati posisi pertama, akan tetapi Finlandia dikukuhkan sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik dan dunia mengakuinya. Kenapa? Karena siswa nya belajar bukan untuk memenangkan olimpiade tetapi untuk hidup. Ada beberapa poin yang saya rasa perlu diteladani oleh Bangsa kita dari pendidikan Findlandia, akan tetapi tulisan saya kali ini fokus kepada pendidik.

Pasi Sahlberg dalam buku nya "Finnish Lesson" mengatakan bahwa tanpa guru yang sangat berkualitas and modern, pencapaian pendidikan di Finlandia tidak mungkin terjadi. Kemungkinan besar hal ini bisa diterima oleh akal sehat karena memang guru adalah pemegang peran yang sangat penting dalam memajukan pendidikan yang berarti.
Seperti yang tertulis di artikel PDK International, menjadi guru di Finlandia itu adalah persaingan yang ketat. Tambahan lagi, untuk mengajar di Finlandia dibutuhkan seorang guru yang sudah 5 tahun menjadi magister pendidikan dan melalui ujian masuk dan wawancara. Hanya satu dari sepuluh pelamar yang diterima untuk mengikuti program persiapan menjadi guru.

Menariknya lagi, persaingan untuk menjadi guru sekolah dasar malah lebih sulit. Dari 1,789 pelamar, hanya 120 yang diterima. Hanya 8 universitas yang menawarkan Fakultas Pendidikan dan pemerintah sangat concern dengan Fakultas ini. Pemerintah nya tidak pernah segan-segan mengeluarkan biaya banyak untuk pengembangan pendidikan, tapi tidak mengeluarkan biaya untuk mereka yang mengambil magister di bidang pendidikan, karena Finlandia sudah tidak memungut biaya sekolah mulai dari TK sampai sarjana (pre-school trough graduate school) baik negeri maupun swasta.
Mungkin bukan rahasia lagi, kalau guru di negara kita masih jauh dari baik kalau dibandingkan dengan negara Finlandia. Atau mungkin kita berdalih, bahwa dengan negara kita terlalu banyak penduduknya dibandingkan negara Finlandia yang hanya berpenduduk kurang lebih 5 juta orang. Walaupun menurut saya itu tidak menjadi alasan yang tepat dengan adanya otonomi daerah yang mengelola pendapatannya sendiri demi kemajuan daerah itu, tetapi masalah tidak terletak pada biaya yang dikeluarkan, tapi pola pikir yang tidak berpusat pada kemaslahatan orang banyak.

Terlalu banyak di negara ini yang mengenyangkan dirinya sendiri, terlalu mencintai diri sendiri, tanpa memikirkan pendidikan adalah kunci keberhasilan dari kemajuan ekonomi. Sehingga, terlalu banyak di negara ini yang mengambil magister hanya untuk mendapatkan sertifikasi dan pengakuan, mendapatkan beasiswa untuk kepuasan. Makin banyak gelar, makin kaya, namun sedikit berkarya.

Salah satu daerah di salah satu propinsi di Negara kita yang saya tidak tidak perlu sebutkan memberikan gaji kepada para guru dengan cukup tinggi. Tambahan lagi, kita tahu bahwa sertifikasi yang diwajibkan bagi para guru dengan insentif yang cukup tinggi, walaupun tidak lebih tinggi dari negara tetangga, seperti Singapura. Namun mirisnya ini tidak diimbangi dengan kualitas diri apalagi kualitas peserta didik yang diajari walaupun gelar pendidikan sudah lebih dari satu.

Satu hal yang menggelitik adalah gaji guru di Finlandia lebih rendah dibandingkan beberapa negara-negara di Eropa, tapi mengapa mereka sangat tertarik menjadi guru? jawabannya adalah mereka punya pola pikir bahwa guru merupakan profesi yang mulia dan sangat dihargai walau mengajar di sekolah manapun juga. Pola pikir seperti inilah yang mungkin perlu ditanamkan bagi para calon guru dan guru di negara kita. Pola pikir yang bukan rahasia lagi di kalangan guru-guru Indonesia adalah bahwa setiap guru yang mengajar di sekolah-sekolah dengan biaya yang mahal akan memiliki yang kehidupan yang layak seperti anak didiknya, sebaliknya sekolah-sekolah yang memiliki biaya rendah akan menggaji gurunya dengan rendah pula.

Maka banyak guru yang kurang tertarik mengajar di sekolah- sekolah seperti ini. Betul, bahwa semua orang membutuhkan biaya untuk hidup dengan semestinya, tapi kalau guru pun punya pikiran untuk menjadi sangat sejahtera dengan panggilan sebagai guru maka tidak heran kalau generasi yang dihasilkan menjadi generasi "matre" dan korup karena cinta uang dan kenyamanan karena kemungkinan besar, mencintai uang dan kenyamanan menjadi teladan buruk yang diberikan para pendidik.
Berbicara tentang teladan, saya berpikir, bahwa teladan guru yang baiklah yang membuat generasi nya berlomba-berlomba menjadi guru. Sampai sampai pemerintah Finlandia hanya mengambil tamatan-tamatan terbaik untuk menjadi guru.

Teladan yang baik yang diberikan para guru untuk peserta didik nya adalah dengan menerapkan tutorial bagi siswa-siswa istimewa karena mereka menganut pemahaman no left behind children. Sekolah menempatkan guru-guru khusus bagi siswa yang membutuhkan perhatian khusus dalam belajar. Setiap kelas memiliki 3 guru dengan sekitar 20 siswa setiap kelas. (Bagian ini akan dibahas di part two). Para guru ini mempersiapkan peserta didik untuk hidup bukan untuk pintar saja, tapi menikmati hidup dengan berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan berguna bagi masyarakat.
Maka, saya menutup bagian pertama ini dengan satu mimpi besar bahwa guru- guru Ibu Pertiwi adalah guru-guru yang mencintai pekerjaan guru lebih dari sebuah profesi, namun pengabdian kepada Negeri yang tidak bisa diukur dengan uang sebesar apapun. Calon-calon guru akan dipersiapkan untuk siap ditempatkan di sekolah apapun juga dengan persiapan yang matang dan komitmen yang kuat. Akhirnya, guru bagi Ibu Pertiwi menjadi adalah guru yang tangguh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun