Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jokowi "Bercerai" dengan Ahok, dan Jokowi vs Ahok. Kenapa?

12 Juli 2013   22:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:38 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini bukan primbon, ramalan, apalagi prediksi politik. Bukan. Tulisan ini terus terang berasal dari kecemasan saya, sebagai warga Jakarta kalau akhirnya Jokowi terpaksa "bercerai" dengan Ahok. Bukan cuma harus "bercerai" karena ada peluang Jokowi dan Ahok malah menjadi musuh.  Lho kenapa begitu?

Selama ini pasangan Jokowi dan Ahok, terlihat kompak, bak suami istri mengatur rumah tangga dan anak-anaknya, ya termasuk anda dan saya yang warga Jakarta. Jokowi hobbi keluar rumah dan cari "rejeki" di luar rumah. Yang saya maksud rejeki itu nggak harus duit,  mendapat data aktual tentang kondisi lapangan itu juga rejeki. Menangkap basah aparat pemda, lurah, camat yang seenak udelnya masuk kantor itu juga rejeki.  Menemui masyarakat untuk tahu persis keluhannya itu juga rejeki.  Bahkan setiap hari puluhan bahkan wartawan media berlomba-lomba mengais berita dari blusukannya, itu juga rejeki.

Sedangkan Ahok memilih di dalam. Seperti para ibu yang tinggal di rumah untuk mengatur rumah tangga, menerima tamu, dan menghitung cermat keuangan. Di ruang kantor Ahok yang adem, bersih, dan terawat;   staf yang ramah dan cekatan, Ahok sibuk menerima tamu. mengatur dan memeriksa keuangan pemda DKI.

Harmonisnya Ahok dan Jokowi memang patut diacungkan jempol Saya jadi usil ingin membandingkan pasangan Foke dan Prijanto.  Akhirnya setelah ditahan-tahan, Prijanto minta cerai juga dari Foke, alasannya  bisa ditebak, ada KDRT hahahaha. Maksudnya, pembagian proyek nggak rata kaleee.

Perceraian antara kepala daerah dan wakilnya, bukan cuma sekali kita saksikan. Ada artis Dicky Tjandra dan bupati Aceng Fikri yang baru setengah perjalanan sudah bubar jalan  (mungkin juga itu dilatarbelakangi ketidakpuasan Aceng karena Dicky tua, tidak semuda, istri muda Aceng wkwkw).

Ada gubernur Ahmad Heryawan yang ternyata sudah talak cerai dengan wagub Dede Jusuf, yang akhirnya baru ketahuan, karena Aher telah punya simpanan, yang baru diperkenalkan ke publik, saat pilkada gubernur Jawa Barat. Bisa dong tebak, siapa pasangan baru Aher?  Dan masih banyak cerita sejenis.

Kalau memang pasangan kepala daerah itu tidak harmonis, dan akhirnya bubar jalan, yah rakyat cuma bisa terima saja. Apalagi kalau pasangan itu tidak banyak mencetak prestasi, kalau mereka bubar, rakyat bisa katakan, "ya sudahlah."

Namun kalau Jokowi dan Ahok harus bercerai, aduuuuh pasti banyak yang sedih, yang menyayangkan. Walau sesungguhnya proses mak comblang Jokowi dan Ahok konon cuma sekilas, seperti perjodohan orangtua, tetapi sejauh ini kelihatan mereka saling mencintai, alias saling mengerti dan saling mendukung. Ahok yang meledak-ledak yang beberapa kali membuat orang geram --dan mengadukan ke Jokowi-- biasanya jadi adem setelah ditenangkan oleh Jokowi.

Sebaliknya Jokowi yang dinilai sering obral janji kepada masyarakat, bisa direm oleh Ahok, yang hitung-hitungannya mantap, bahasanya tegas, dan tidak suka memberi angin sorga.

Menurut Ahok, Jokowi yang sering kluyuran (minjam istilah Ahok  sendiri di acara diskusi Radio Smart FM dengan Rossy Silalahi) memang harus didukung oleh wakil dan staf yang betah ngurusin "dalam negeri". Kalau nggak, hasil blusukan Jokowi di TKP nggak bisa langsung diaplikasikan  dengan cepat dan tepat, sehingga Jakarta Baru, benar-benar dapat langsung dinikmati rakyat.

Berkaca dari cerita di atas, ternyata  mencari pasangan kepala daerah sangat sulit, tidak semudah yang rakyat pikirkan.  Kepala Daerah dan Wakil harus mampu menari dengan irama yang sama.  Gubernur dan Wakil Gubernur harus tahu bagian masing-masing, dan saling menghormati.  Demikian juga dengan Presiden dan Wakil Presiden harus seiring sejalan, harus saling mendukung dan saling setia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun