Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jessica Pernah Minta Cium "Si Bodoh" Mirna

3 Februari 2016   05:40 Diperbarui: 3 Februari 2016   07:12 12150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semoga Wayan Mirna Salihin tenang di alam sana.  

Begitulah doa yang disampaikan berkali-kali dalam acara Indonesia Lawyer Club tadi malam. Selain doa dan bela sungkawa, acara televisi One itu seperti biasa terjadi perdebatan yang alot ala para pengacara, pihak kepolisian, pengamat yang bertitel kriminolog, pembaca gesture / hipnoterapi, dan ahli-ahli lainnya. 

Saya tidak punya kapasitas untuk menjadi investigatif atau detektif yang bisa membongkar atau merekonstruksikan mengapa Mirna dibunuh dan siapa yang tega membunuhnya.

Saya hanya perempuan biasa dan ibu dari anak gadis yang sedang merajut mimpi untuk bersekolah ke luar negeri.  Konteks Mirna dan Jessica yang menjalin pertemanan sebagai mahasiswa Indonesia yang merantau ke luar negeri membuat saya semalam penuh konsentrasi menyimak acara tersebut.

Sejatinya tentu kita semua berpikir, jika kejadian bisa menimpa Wayan Mirna, maka mungkin bisa menimpa siapa saja. Jadi semestinya kita belajar dari kasus ini.

Terlepas dari siapa salah dan benar, sebagai mana sudah banyak Kompasianer yang membahas dan menulis kasus ini, saya tertarik dengan cerita (kesaksian) dari Ayah korban,  Ayah Mirna, pak Salihin.

Di televisi kemarin, pembawa acara memberi keleluasaan lelaki berperawakan putih kurus yang ternyata boss perusahaan dengan karyawan 6000 orang  itu mampu berpanjang lebar menyampaikan curahan hatinya.

Ada satu kalimat dari Pak Salihin yang menghentak, ketika ia merekonstruksi kedatangan anaknya (bersama teman bernama Hani) di Cafe Olivier itu.  Bahwa Mirna ternyata merasa terpaksa memenuhi undangan Jessica, bahwa Mirna sampai menunggu Hani sekitar 48 menit untuk memberanikan diri memenuhi undangan minum kopi Jessica. Lalu si bodoh ini, tanpa berprasangka, datang ke Cafe itu,  begitu ucap Pak Salihin.

Jessica pernah minta cium "Si Bodoh" Mirna

Tentu saja ucapan  seorang ayah kepada anaknya, yang sudah tiada, tidak bisa dikategorikan berarti penghinaan, bahwa Mirna adalah orang bodoh. Bagaimana pula secara intelektual Mirna yang lulusan Desain dari Universitas di Australia, bisa dikategorikan "bodoh". 

Karena itulah saya mempersepsikan ungkapan sang Ayah itu adalah curahan hati yang hancur, bahwa sayang sekali anaknya tercinta dengan mudahnya, dengan lugunya, dengan bodohnya, masuk ke perangkap Jessica, tanpa mencoba berpikir sedikit lebih kritis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun