Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

New Normal Pendidikan Versi PDI Perjuangan: Masalah atau Bisalah?

7 Mei 2021   17:00 Diperbarui: 7 Mei 2021   17:01 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peng-anak-tiri-an Pendidikan Non Formal terjadi di seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri PTN. Sampai tahun 2021 ini, lulusan homeschooling komunitas tidak mendapat hak untuk SNMPTN, seleksi nasional masuk PTN. Alhasil, peserta didik yang unggul lulusan PKBM merasa tidak mendapat keadilan dari Pemerintah.  Namun sekalipun "dianak-tirikan" terbukti mereka bisa  tembus Perguruan Tinggi Negeri, sekalipun mesti bertarung  SBMPTN seleksi bersama masuk PTN dan SIMAK  Seleksi Mandiri, Universitas Indonesia, Universitas Sebelas Maret, dan PTN lainnya.  

Policy Pendidikan Indonesia Gagal? 

sekolah.megana.co.id
sekolah.megana.co.id
sekolah.megana.co.id
sekolah.megana.co.id
 

Sekarang mari kita lihat kenyataan pendidikan Indonesia secara umum. Setelah 76 tahun merdeka, dan sudah 76 tahun Indonesia memiliki Kementerian Pendidikan (dengan berbagai macam nomenklatur, termasuk yang terakhir Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi).

Seberapa serius Pemerintah berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia khususnya pendidikan menengah (kesetaraan) SMP dan SMA? 

Kita bisa menggunakan berbagai tolok ukur. Namun yang diakui dunia salah satunya adalah Survey PISA internasional. PISA merupakan survei evaluasi sistem pendidikan di dunia yang mengukur kinerja siswa kelas pendidikan menengah. Penilaian dilakukan setiap tiga tahun sekali dan dibagi menjadi tiga poin utama, yaitu literasi, matematika, dan sains. 

Indonesia sudah 18 tahun mengikuti survey tersebut.  Dan Laporan  Survey yang diumumkan Maret 2019,  rangking kualitas pendidikan Indonesia no 7… dari bawah.

Survey terakhir yang dilakukan tahun 2018 mengukur kemampuan 600 ribu anak berusia 15 tahun dari 79 negara kembali menempatkan Indonesia. Di Tahun 2015, jumlah negara yang mengikuti PISA naik menjadi 72. Namun kemampuan siswa Indonesia tidak menunjukkan prestasi signifikan, masih bercokol di urutan bawah. 

PISA  menerbitkan hasil survey yang memotret sekelumit masalah pendidikan Indonesia. Dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika, skor Indonesia tergolong rendah karena berada di urutan ke-74 dari 79 negara.

sekolah.megana.co.id
sekolah.megana.co.id
sekolah.megana.co.id
sekolah.megana.co.id

Pilihan Dalam Waktu Terbatas ini: Mendidik Guru  atau Mendidik Murid

Dengan waktu terbatas, bahkan  sudah terlambat,  bersaing dengan siswa negara lain, mana yang harus diprioritaskan : 

a. mendidik dan memintarkan Guru dulu yang menghabiskan dana trilyunan rupiah dan waktu yang panjaaaaaaang dan lamaaaaa. Itu juga tidak ada jaminan 100% guru pintar otomatis muridnya bisa jadi pintar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun