Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Partai PSI Mulai Berubah?

13 Juli 2019   07:30 Diperbarui: 13 Juli 2019   07:36 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Setelah Badai  "PSI dan Ninoy Karundeng" --penulis politik yang saya kagumi-- berlalu;  ditambah kabarnya Om Ninoy sudah tertawa tawa lagi dengan PSI; Ijinkan saya menulis update tentang PSI, partai baru yang penuh harapan.

PSI,  partai anak anak muda yang layak menjadi pilihan corong rakyat Indonesia. PSI memang harus bertahan di antara gempuran partai lama --yang bisa dipertanyakan ketulusannya.

Sebelumnya, perlu saya tegaskan, saya bukan anggota PSI dan partai politik manapun. Pernah sih saya didekati partai lana, bukan PSI, Namun sampai detik ini, saya merdeka, bukan buzzer, Bukan penulis yang "dipelihara" partai.

Sebenarnya menulis opini begini, tidak siginifikan dengan bisnis saya dan posisi saya sebagai salah satu Ketua Asosiasi.

Namun hati kecil saya menyatakan, jangan sampai PSI layu sebelum berkembang karena ada kerikil begini. 

Partai Politik "lama" buat saya sudah cukup mengecewakan. Sekalipun Pak Jokowi, Pak Ahok, Bu Megawati, Pak Kiyai Maruf Amin, Pak Prabowo, Pak Sandiaga, Pak Surya Paloh, Pak Muhaimin, dan beberapa pimpinan parpol lain adalah orang orang politik yang layak dihormati.

Kali ini saya ingin ikutan nulis tentang
Polemik "Pujian" kader PSI ke Anies soal reklamasi dan IMBnya. 

Buat yang belum.tahu, urusan ini jadi melebar kemana mana. Kesempatan orang orang yang tidak suka  atau iri pada PSI. Padahal yang jadi polemik adalah bagaimana sikap PSI tentang kebijakan IMB reklamasi Pemprov DKI.  Apakah mendukung atau menolak atau bingung. 

Sikap PSI 

Setelah membaca dan juga bertanya ke orang orang yang tahu (bukan sok tahu)
Ternyata awal polemik tersebut karena ada ucapan lisan yang bermaksud menyindir. Niatnya menyindir tapi ketika jadi bahasa tulisan, malah terbaca, memuji.
Begini contohnya:
Saat putra saya baru umur 15 tahun, pulang pukul 23 malam, padahal batasnya pukul 21.   Begitu sampai rumah saya "semprot" putra saya ,"Bagus ya, hebat ya, sudah berani beraninya pulang pk 23 malam!!!"

Keluarlah kata "bagus", "hebat" dan "berani" dalam omelan saya. Padahal sama sekali saya tidak memuji dia.  Dengan mata melotot, suara keras, dan nada suara tinggi, saya marah dan menyindir dia, tetapi tetap menggunakan bahasa yang santun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun