Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Ahok (Layak) Menceraikan Veronica?

8 Januari 2018   02:13 Diperbarui: 8 Januari 2018   02:24 14514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Ahok (Layak) Ceraikan Veronica?

Ayat yang menjadi landasan adalah Matius 19:5

(5) Dan firman- Nya: "Sebab itu laki- laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan Isteri nya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

(6) Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. "

Juga dalam Markus 10:8-9 yang isinya juga sama.

Namun, mari kita coba lebih realistis, Ahok juga manusia, Vero juga manusia, sehingga sebagai sesama manusia, kita coba baca Firman Tuhan dengan lebih komprehensif.

Coba baca Perikop Matius 19 dan Markus 10 secara keseluruhan.

Ternyata : Tuhan Yesus juga mengijinkan perceraian.

Matius 19: 9 karena zinah boleh menceraikan

Markus 10:11-12 masih ada kemungkinan cerai.

Jadi cerai bagi orang Kristen masih dimungkinkan, tapi tidaklah semudah itu.

Buat orang Kristen, pemikiran sampai pada harus menggugat cerai, pasti tidak mudah. Biasanya mereka sudah mencoba berkali-kali berkomunikasi dengan pasangan. Biasanya mereka sudah konsultasi dengan keluarga bahkan para hamba Tuhan.

Perlu ditegaskan buat Pengikut Kristus (bukan sekadar orang Kristen), keputusan bercerai berat, dan kalau boleh saya katakan, cerai dalam Kristen tidak semudah mengatakan, talak pada ajaran tertentu.

Apalagi Pengikut Kristus memiliki dogma bahwa Tuhan adalah Sang Maha Tahu, Tuhan tahu apa motivasi anda bercerai. Karena kekudusan atau karena nafsu semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun