Mohon tunggu...
Budi Wahyuni
Budi Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Ibu bersuami yang dianugerahi 2 putri dan 1 putra

Belajar ilmu-ilmu bermanfaat sampai akhir hayat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dukamu Pasti Berlalu, Adik Ipar

25 November 2021   16:24 Diperbarui: 25 November 2021   16:57 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelum ketemu Sinta, menurut cerita Iwan, dia tidak punya keinginan menikah lagi. Iwan sempat trauma, karena perlakuan baiknya kepada  istrinya dulu malahan berbuah perselingkuhan istrinya. Iwan memperlakukan istrinya dulu bak permaisuri. Iwan rela mengerjakan pekerjaan rumah setelah pulang kerja. 

Bahkan rumah dan kendaraan mereka dibuat  atas nama istrinya. Iwan pergi dari rumahnya dengan membawa ketiga anak mereka tanpa membawa harta apa pun. Namun kini perekonomian Iwan sudah kembali bangkit dan ia siap membiayai semua anak Sinta, bila Sinta mau menerimanya sebagai pengganti Adi.


Beberapa hari lalu, saat Sinta mengunjungi makam Adi, tak disangka-sangka Iwan menyusul ke makam. Ia berdoa panjang dengan bahasa Arab yang fasih dan minta ijin Adi untuk menemani Sinta, meneruskan kisah kehidupan mereka. Sambil tertawa kecil Sinta menceritakan pengalaman mereka berjumpa di makam. 

Sinta yang sudah menyodorkan tangan untuk bersalaman dengan Iwan, hanya dibalas dengan permohonan maaf Iwan yang tidak bisa menyentuhnya karena bukan mahram. Iwan juga mengambil jarak cukup jauh saat mereka minum di warung dekat areal pemakaman.


Terasa oleh Sinta saat Iwan menatap lama wajah Sinta dari kejauhan. Penampilan Sinta kini tertutup rapih oleh hijab, tak seperti SMA dulu. Sinta pun risih dan minta untuk Iwan berhenti menatapnya. "Khan biar ingat terus,' kata Iwan yang memang pernah tertarik pada Sinta saat SMA dulu. Sinta tersipu malu. "Lucu deh mba, kayak anak ABG aja jadinya." 

Aku tertawa senang mendengarnya, berharap Sinta dapat mulai meninggalkan hari-hari beratnya. "Haduh mba, nggak segampang itu lah aku melupakan mas Adi. Aku khan sayang banget sama mas Adi. Aku juga selalu berdoa supaya kelak dipertemukan mas Adi di surganya Allah."  


"Lalu Iwan bilang apa saat kamu bilang begitu ke dia Sin?," tanyaku ke Sinta. "Dia akan menunggu sampai aku bisa membuka hati untuknya, entah setahun atau dua tahun. Tapi dia sudah menetapkan hati untuk menjadikan aku pengganti ibu anak-anaknya," terkekeh Sinta saat berkata begitu. "Bayangin aja mba, nanti anakku jadi tujuh orang. Banyak banget."


Adik ipar, aku ikut senang mendengar kamu bisa terkekeh seperti itu. Aku ikut bahagia bila kamu bahagia. Allah memang Maha Pengasih. Tidak dibiarkan hambanya sedih berlarut-larut bila memang hambaNya selalu meminta bimbinganNya.


Mungkin memang bukan Iwan yang akan menghapus dukamu. Mungkin Allah akan memberikan kejutan manis lain padamu. Tapi aku yakin, dukamu pasti berlalu, adik iparku sayang.

(Kisah nyata dengan samaran nama-nama tokoh dan dengan ijin yang bersangkutan)
 

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun