Mohon tunggu...
Ibrohim El Hasbi
Ibrohim El Hasbi Mohon Tunggu... Dosen - Pakar Pendidikan Islam

Kandidat Doktor Pendidikan Islam dan ketua yayasan Mutiara Embun Pagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersabar dalam Kesabaran

23 Mei 2020   23:19 Diperbarui: 24 Mei 2020   00:10 7143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar, walillahil hamd. 

Aidin wal aidat rahima kumullah. 

Apabila merilis sejarah, sulitnya hidup masa pandemi covid 19 ini, belum seberapa jika dibandingkan penderitaan orangtua kita dahulu kala. Khatib tidak bermaksud mengecilkan masalah ini, yang ingin khatib tekankan ialah bagaimana sebaiknya sikap kita sebagai orang-orang yang bertakwa dalam menghadapi permasalahan seperti ini.  

Tercatat. Pada abad ke-6 wabah Justinian  menewaskan ummat manusia hingga 50 juta orang. Wabah Black Death (1347 -- 1351), menewaskan sekitar 25 juta orang. Wabah Cacar  (1492) sekitar 20 juta orang. Flu Spanyol  (1918), menginfeksi sekitar 500 juta orang. Kolera  (1961)  menginfeksi 1,3 juta, dan menewaskan 4 juta orang setiap tahun.  SARS atau Severe Acute Respiratory Syndrome (2003) menginfeksi 8.000 orang, serta menewaskan 774 di antaranya. Flu Babi (2009). Menginfeksi sekitar 60,8 juta orang, dengan kematian global antara 151.700 hingga 575.400. Demikian juga wabah Ebola (2014) menewaskan hingga 11.325 orang. 

Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah SWT. tanpa terkecuali tentunya pernah melalui suatu wabah (Pes dan Lepra). Beliau memberikan petunjuk  kepada kita untuk bagaimana menghadapinya. 


"Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu," (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Selain pandemi, sebenarnya masih banyak peristiwa yang membuat ummat manusia sengsara. Tak perlu jauh, orangtua dan nenek moyang kita merasakan hal yang lebih menderita. 350 tahun djijajah Belanda dan dijadikan sebagai Radi.  3 tahun dijajah Jepang dan dijadikan Romusa. Setelah merdeka, rakyat Indonesia termasuk orangtua kita dulu, sering mengalami kelaparan. Mungkin kita tidak mengalami makanan berupa singkong, nasi kering, oyek dll. Pun kita tidak mengalami harus antri mendapat sedikit bagian sembako hanya sekedar menyambung hidup, pembunuhan brutal saat melaksanakan ibadah oleh komunis dll. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi kita untuk tidak selalu bersyukur kepada Allah SWT. Bersabar dengan apa yang menimpa kita. Dengan kita bersabar, niscaya Allah SWT. akan meningkatkan derajat kita. 

Oleh karena itu, dampak pandemi Corona yang kita rasakan, sebaiknya dihadapi saja sewajarnya. Terlalu takut ya tidak boleh, terlalu menyepelekan pula tidak boleh. 

Allah SWT berfirman, 

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al Baqarah 214)

Hadirin rahima kumullah, selain ayat di atas, Allah menegaskan pula kepada kita; 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun