Mohon tunggu...
Ibrar Mufti
Ibrar Mufti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa MAN 2 Kota Padang Panjang

Menulis sebagai pengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia Seekor Kutu

5 September 2022   13:45 Diperbarui: 5 September 2022   13:58 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mereka sangat dekat hingga masalah pribadi pun sudah menjadi konsumsi berdua. Mereka seperti jari telunjuk dan jari tengah yang didekatkan.

"Saya dirampok, Bayu, uang kemarin sudah pupus." Wajah Andrian tampak lesu sekali, ia mengusap wajahnya beberapa kali, berusaha menyadarkan bahwa ini bukanlah nyata, tapi sia-sia saja, masalah yang dia hadapi memang betul-betul nyata.

Cepat kabar menyebar bagai angin kencang tertiup langsung menuju telinga warga, membuat semua warga kini berkumpul menyaksikan duka Andrian. Mereka juga menenangkan orang yang sedang kehilangan itu.

Setelah sekian lama tenggelam dalam kabut kesedihan. Akhirnya 3 karyawannya muncul. Raut wajah mereka juga dibaluti kekhawatiran. Mereka tahu akan seperti apa jadinya jika bos mereka itu mengalami masalah.

"Aryo mana?" tanya Andrian dengan wajah memerah.

"Tadi saya liat ke rumahnya, Pak, tapi dia nggak ada," sahut salah seorang karyawan.

Mendengar itu, Andrian pun mengeratkan rahangnya. Dari dulu ia sudah curiga dengan orang ini. Mulai dari tatapan datarnya, sipat yang tidak ramah, dan minim komunikasi. Ditambah bahwa dia tak hadir pada hari ini. Itu membuat Andrian bertambah curiga.

"Saya bukannya ingin menuduh, tapi sejak semalam Aryo ke sini. Dia seperti ingin mencari sesuatu. Saya pikir itu atas izin kamu," kata seorang tetangga. Kepergian Andrian memang tak banyak yang tahu, toh pria itu pergi juga sembunyi-sembunyi.

"Saya juga lihat Aryo kemaren. Dia keluar tengah malam seperti tergesa-gesa."

"Tak salah lagi, Aryo pelakunya!" seru Bayu memperpanas suasana.

Memang tak ada alasan lagi untuk tidak mencurigai Aryo. Saksi mata sudah ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun