Covid-19 di Aceh semakin menyebar sehingga angka penularan semakin meningkat, Aceh menjadi salah satu daerah yang paling berpotensi cepat penyebaran Covid19. Saiful Abdulgani sebagai juru bicara Covid19 Aceh mengatakan ODP Covid19 di Aceh meningkat menjadi 620 orang, PDP bertambah 3 dan positif masih 5.(05/04/2020)
Masyarakat Aceh sudah mulai merasa resah dengan meningkatnya wabah penyakit ini, maka dari itu pemerintah mulai memutuskan beberapa kebijakan untuk mengurangi angka terjangkitnya virus covid19 di Aceh.
Ada 7 putusan MPU Aceh untuk mengatisipasi terjadinya penularan diwilayah Aceh dan sekitarnya. Salah satunya bahwa masyarakat saat ini dihimbau untuk tidak keluar melaksanakan shalat berjamaah dimesjid. Pemerintahan menghimbau masyarakat untuk tetap beribadah dirumah dulu (sosial distancing), untuk mencegah terjadinya kerumunan atau keramaian yang dapat menyebarkan rantai covid19.
Putri Tasya Diana, salah satu mahasiswa UIN Ar-Raniry Jurusan Sosiologi Agama melalui pesan WhatsApp kepada Kompasiana.com mengatakan" pro dan kontra terjadi dikalangan masyarakat aceh terhadap kebijakan pemerintah untuk menutup sementara waktu tempat peribadatan umat muslim"
Tapi tidak hanya tempat peribadatan saja seperti pasar, mall, bandara dan perbatasan-perbatasan atau pelabuhan juga ditutup.
Namun semua tidak sesuai fakta kebijakaan yang ada, bahwa yang terlihat sekarang masih banyak kerumanan di mall, pasar. Bahkan perbatasan/pelabuhan masih terbuka lebar dan bandara masih beroperasi seperti biasanya, setiap harinya ratusan penumpang dari berbagai daerah datang ke aceh. Ini sangat berdampak buruk bagi aceh karna penumpang-penumpang dari luar sedikit besar akan membawa wabah penyakit itu.
"Saya berharap bahwa pemerintah tidak hanya mengambil kebijakan semata, tapi praktik itu harus benar-benar nyata, akses dari mana pun harus ditutup supaya tidak ada turis-turis atau yang ingin mudik masuk dengan mudah ke Aceh." Tutup Tasya (*)