Soal hukuman untuk City tentu adalah kerugian besar. Selain dilarang tampil di kompetisi Eropa selama dua musim, City juga dikenakan dendan sebesar 30 juta euro atau sekira Rp 445,6 miliar.
Kendati demikian, City masih diperbolehkan untuk melakukan banding di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Dikabarkan The Guardian, City siap menggelontorkan dana 30 juta poundsterling untuk menurunkan 50 pengacara kelas internasional dalam melakukan banding.
Kabar terbaru ke depan akan semakin seru melihat duel City dengan UEFA. Nama baik kedua pihak dipertaruhkan di sini.
Kita ingat, dalam tubuh UEFA juga ternodai praktik kotor suap-menyuap. Bahkan melibatkan petinggi UEFA sendiri sekaligus mantan legenda hidup sepak bola, Michel Platini.
Namun, UEFA sendiri harusnya sudah siap dengan bukti-bukti yang dimilikinya untuk menjerat City.
Di sisi lain, UEFA punya catatan minus. UEFA pernah 'kendor' dalam kasus pembelian pemain berusia 15 tahun, Benjamin Garre, yang dilakukan City pada 2017. Dalam kasus itu City melakukan banding. Namun kasusnya terbengkalai hingga setahun kemudian. Dan City bebas dari kesalahan.
Pun sebaliknya, City tentu akan habis-habisan dalam urusan banding kali ini. Sebab, kasus ini tidak saja mencoreng nama baik City, tetapi juga berdampak panjang bagi klub asal Manchester tersebut.
Apa saja dampaknya?
Liga Champions
Atas putusan ini, skema tim-tim liga Inggris untuk ketentuan keikutsertaan Liga Champions akan mengalami perubahan.
Semisal musim ini City akan finis di empat besar Liga Inggris (kuota peserta Liga Champions dari Liga Inggris) akan digantikan klub lain di luar empat besar.
