Tak sampai di situ, selalu menganggap dengan menemukan jalan keluar masalah dari pasangannya, laki-laki akan menjadi merasa berguna, bermanfaat, dapat diandalkan, hingga dipercaya.
Padahal tidak begitu. Tidak selalu. Justru semakin ingin menyelesaikan masalahnya, perempuan justru semakin kecewa. Merasa tak dihargai
Yang tidak disadari oleh laki-laki adalah perempuan tidak melulu membutuhkan penyelesaian.
Bagi perempuan, penyelesaian paling mujarap adalah cukup didengar. Didengar dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Ajaib, kan?
***
Merujuk pada yang dikatakan Lanang mengapa dirinya hampir jarang bercerita permasalahannya sendiri kepada Wadon, cukup terjawab: Lanang akan menceritakan masalahnya apabila memang benar-benar ingin diceritakan sekaligus menemukan jalan keluar. Lanang kemungkinan tidak akan menceritakan permasalahannya selama masih bisa menyelesaikannya sendiri.
Sedangkan dari apa yang dikeluhkan Wadon, besar kemungkinan Lanang kurang peka bahwa kekasihnya hanya butuh didengar, bukan jalan keluar.
Artinya, besar kemungkinan Lanang selalu memberikan solusi ketimbang mendengarkan keluh kesah Wadon dengan khidmat (baca: perhatian serta kasih sayang).
Terbayangkan bagaimana nonlisan memiliki peran penting, bahkan lebih penting ketimbang lisan?
Pertanyaan selanjutnya, mengapa Wadon tetap tak mempercayai Lanang meski sudah mengatakan semuanya. Atau mungkin hampir semuanya.
Ini juga perlu kita ketahui kalau perempuan secara naluriah, sadar tidak sadar, pandai membaca bahasa tubuh. Perempuan begitu jeli melihat kontradiksi antara kata dan bahasa tubuh.