Mohon tunggu...
Ibnu Rustamadji
Ibnu Rustamadji Mohon Tunggu... Freelance -

Seorang anak desa yang senang mencoba hal-hal baru, meskipun harus mengalami apapun yang harus dialami.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Napak Tilas Kedung Lumbu, Cikal Bakal Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

10 Mei 2018   19:58 Diperbarui: 11 Mei 2018   17:05 3862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantoor Bondo Loemakso ANNO 1917. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Kyai Batang dan Surakarta Hadiningrat

Pintu masuk makan Raden Pabelan / Kyai Bathang. Sumber: Koleksi Pribadi.

Setelah berkunjung ke Kantoor Bondo Loemakso, perjalanan dilanjutkan menuju makam Kyai Bathang. Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak bisa dilepaskan dari peran Kyai Bathang dan Ki Gede Sala. 

Pada masa kerajaan Pajang di Kartasura, Putera Tumenggung Mayang yang sekaligus abdi dalem kerajaan Pajang bernama Raden Pabelan dibunuh oleh Amangkurat II setelah ketahuan bermain asmara dengan Puteri Sekar Kedaton atau lebih dikenal dengan Ratu Hemas yang merupakan puteri Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang. 

Peristiwa pembunuhan  terhadap Raden Pablean ini berlangsung di dalam Keraton Pajang. Setelah pembunuhan terjadi, mayat Raden Pabelan dihanyutkan / "dilarung" menuju sungai Lawiyan atau sungai braja. Seiring berjalanya waktu dan arus sungai hingga akhirnya mayat tersebut menepi  / "Nyangkut" di pinggir sungai dekat dengan Desa Sala, karena terhalang ranting-ranting pohon.

Peristiwa mayat berada di sungai Braja ini pertama kali diketahui oleh Bekel Desa Sala yakni Kyai Sala waktu dini hari. Pada saat itu Kyai Sala pergi menuju sungai, beliau melihat mayat manusia berada di pinggir sungai lantas beliau mendorong mayat tersebut supaya hayut kembali. Akan tetapi, pagi hari berikutnya mayat tersebut sudah kembali ke posisi sebelumnya. 

Setelah melihat keadaan dimana mayat tersebut kembali ke lokasi awal hingga 3 kali, diputuskanlah Kyai Sala untuk "Maneges" atau bertapa untuk meminta petunjuk Tuhan Yang Maha Esa atas peristiwa tersebut. 

Setelah melakukan pertapaan selama tiga hari tiga malam, Kyai Sala mendapat petunjuk dari seseorang yang disinyalir sebagai Raden Pabelan untuk memakamkan dengan layak mayat tersebut berada. 

Dengan kebesaran hati Kyai Sala menuruti keinginannya yakni memakamkan di dekat desa Sala. Akan tetapi, dikarenakan namanya tidak diketahui maka mayat tersebut diberi nama Kyai Bathang, yang berarti mayat. Dan lokasi dimana Kyai Bathang berada diberi nama Bathangan, akan tetapi hanya tubuhnya yang dimakamkan disini, sedangkan kepalanya berada di wilayah Kleco.

Dengan adanya Kyai Bathang, desa Sala semakin raharja dikarenakan nama Sala sama halnya dengan "Raharja" atau aman, tenteram dan serba kecukupan bagi masyarakat desa Sala. 

Kondisi inilah yang mengakibatkan Sunan Paku Buwana II ketika bertahta di Kartasura, memerintahkan kepada Kyai Tohjaya, Kyai Yasadipura I dan RT. Padmanegara untuk mengupayakan desa Sala dapat dipergunakan sebagai kerajaan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun