Mohon tunggu...
Gaharu Online
Gaharu Online Mohon Tunggu... Guru - Ibnu Rusid

Provinsi Nusa Toleransi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Klimaks dari "Cebong dan Kampret" Lupa

17 Maret 2019   09:18 Diperbarui: 17 Maret 2019   09:29 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokpri. Sahabat Ibnu Rus. Salah satu Pendiri Gaharu Institute NTT.

Klimaks Dari Cebong dan Kampret "LUPA"

Pertarungan Perpolitikan di tahun ini (2019) memanas dengan isu-isu krusial yang dangkal substansi terhadap masyarakat, selalu saja dipertontonkan persoalan ujaran kebencian dan hal yang tidak produktif lainnya. Fitnah terasa begitu menggoda hingga lupa akan dosa yang kian hari kian menumpuk. "Oh Tuhan ampunkanlah kami yang selalu salah dan kalah"
   

Pertarungan Politik kali ini istimewa hingga membentuk kubu Kampret dan kubu Cebong, kubu-kubu ini selalu memiliki inovasi dalam menggetarkan denyut nadi, dari lantunan lagu, puisi, dan tindakan-tindakan lucuh lain yang berakhir dalam jeruji besi.
     

Urgensi mesyarakat tergantikan oleh lapor melapor diantara para pendukung, jual beli program NIHIL mewarnai dunia perpolitikan kali ini. Agama yang seharusnya sebagai pencerah dan rujukan hidup kini di pakai untuk memuaskan libido politiknya. Ulama selalu di hadap-hadapkan, ya mungkin mereka lupa bahwasanya bermain dengan Agama dan ulama bisa kualat"

Masyarakat dibuat bingun oleh elit-elit politik yang kerap kali menggiring para ulama kedalam pusaran politik, ulama yang seharusnya menjadi pagar toleransi dan negara tetapi kini di adu dalam momentum politik. Kebingunganpun terjadi karna didalam kampret maupun cebong terdapat sosok yang menenangkan dan menyejukan.

Inilah politik rakus, yang rela mengorbankan kerukunan rakyat demi tahta yang sementara. "Kekuasaan itu penting namun lebih penting lagi bagaimana mensejahtrakan rakyat". Jikalau kekuasaan yang terbentuk dari sebuah problem maka akan terus tumbuh bibit-bibit problem didalam lingkaran kekuasaan tersebut.

Cebong dan Kampret lupa bahwasanya pertarungan politik kali ini bukan saja tentang Kampret dan Cebong tetapi tentang para wakil rakyat di DPR RI, DPD RI, DPR Provinsi dan DPRD, apakah mereka lupa siapa yang lebih dekat dengan lingkungannya?. Perhatian dari keseluruhan calek berpusat pada PILPRES yang berujung pada minimnya edukasi pokitik di masyarakat, susah membedakan antara calek dan tim suksesnya untuk PILPRES , karna kebanyakan dari calek hanya menjual popularitas PILPRES demi kepentingan dirinya sendiri.

Wahai Cebong dan Kampret mari kita sama-sama mengkawal demokrasi, Stop pertikaiaan tentang pilpres, mari kita sama-sama memperhatikan daerah pemilihan kita. Yang mana lebih berdampak pada daerah kita. Apakah kita mau dipimpin pemimpin yang minim program?, dipimpin orang yang salah?. Kalau tidak, maka mari kita stop sejenak untuk melihat kembali kualitas calek di DPR RI, DPD RI, DPR Provinsi dan DPRD, apakah mereka layak menjadi penampung aspirasi kita?

Apakah mereka mampuh memperjuangkan aspirasi kita ?,  Ataukah hanya numpang dalan hajatan politik kali ini. Untuk menjawab itu semua maka kita perlu kembali melirik daerah kita. Ibarat kata " Semut di Sebrang sana dapat terlihat dentan jelas nakun Gajah di pelupuk mata tidak terlihat"
Salam Damai dari Nusa Tenggara Timur. Salam Damai dariku untukmu yang Lupa akan luka seusai demokrasi.

Kupang, 16 Maret 2019.
Ibnu Rusid, S. Pd

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun