Usaha sepi untuk membujuk gerimis reda tak bisa mengurungkan niatku. Rindu pada barista kali ini tak kalah seperti rinduku kepada sang ibu. Kepada biji kopi yang kerap diraciknya di bilik dapur. Seperti malam kemarin. Tampak wibawa ibu ketika gula telah terjun dalam lautan hitam kental. Mengajari agar tak tergoda dengan aroma kopi yang suka menggoda.Â
Seperti malam kemarin. Ketika aku beranjak sendiri di warung kopi dilengkapi free wifi. Seduhan kopi terasa berbeda ketika tak disamping ibu. Tak ada ikatan. Tak ada keakraban. Hambar, tak ada omelan. Kolaborasi ibu denganku bak kopi yang dicampuri susu. Meski genit, namun memiliki kasih seperti adibangkit. Yang kerap memberi nasehat penikmatnya. Bahwa malam ini malam yang panjang dengan kawan. Tengah malamku di sisi kopi susu menjadikan aku sempurna.
Tak ada drama, tak ada basa-basi, tapi selalu ingin berekspresi. Seperti malam kemarin. Aku segera menghubungi nomormu, namun tak ada jawab dari suaramu. Aku berkunjung ke rumahmu, kutemui kamu. Namun kau terlelap dalam mimpi panjangmu. Malam itu, apa kau tak ingin tau?? Mengapa aku kagum dengan kopi susu buatan ibu?
"Karena aku menanti kabar darimu"
Penulis : Sahabat Sayful Afoer
Editor   : Ibnu Rus, S.Pd