Debat Capres merupakan sebuah ajang untuk mengadu gagasan dan mengaduh konsep perubahan bangsa di 5 tahun mendatang, sehingga wajar jika selalu diwarnai dengan polimik sektoral dan polimik kepentingan.
Debat yang pertama telah diadakan pada tanggal 17 Januari 2019 telah menyajikan pandangan yang mencengangkan, dimana terdapat lembaran-lembaran kertas putih berserakan dan bertumpuk didepan podium capres dan cawapres, hingga pada tanggal 17 Februari 2019 debat putaran keduapun berlangsung, yang mana menghadapkan antara capres 01 dan 02, pada proses perdebatan inipun belum mampuh mendidik masyarakat artinya minim pendidikan politik ujiar Alfatiha Abdurrahman, mahasiswa Politik Universitas Nusa Cendana Kupang sekaligus kader PMII.
Sedangakan menurut salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Talbiah (STIT) Kupang Sahabat Hadi Isu, ia mengatakan bahwa " seharusnya perdebatan itu tidak layak untuk ditayangkan di pertelevisian, hal ini dikarenakan debat yang tersajikan hanya mampuh menyerang lawan politik masing-masing tampa menyajikan politik akal sehat, tambahnya jika ini terus di sajikan kepada khalayak umum maka apajadinya rakyat kita?, rakyat yang cepat marah dan saling mendukung paslon dengan cara berlebihan yang sering berakhir dengan ujaran-ujaran kebencian kepada masing-masing lawan politik, inikah bisa rusak wajah pokitik kita tambahnya.
Disini lain pula mahaiswa Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) Jurusan Sosiologi Pendidikan Sirajudin Abdullah yang dihubungi via telpon ia mengatakan bahwa, "debat kali ini tidak jauh berbeda dengan depat pertama, depat yang terlaksana masi seputar menyerang lawan politik tampa menawarkan konsep kepada khalayak umum, jual beli serangan masi sering terjadi namun tidak diimbangi dengan jual beli solusi".Â
Itulah beberapa respon Mahasiswa Kupang terkait debat yang telah terjadi pada tanggal 17 Februari 2019.
Wajar ketika Mahasiswa berusuara karna ini merukan tugasnya sebagai kaum intelektual dan penyambung lidah rakyat.