Oleh Bang Dahrul Ikhwanul Umar, S. Pd.I.
Â
Para pemikir politik Islam (terlepas dari paradigma dan spektrum pemikiran mereka) berupaya untuk mengharmonikan antara tuntutan Syari'ah dan realitas politik. Tampaknya mereka ingin menganalisis dan membuktikan bahwa agama dan politik dalam Islam terkait secara simbiotik. Solusi yang mereka tawarkan atas masalah hubungan antara agama dan politik dapat dilihat sebagai upaya untuk memahami konsep integrasi.
Integrasi ini pada dasarnya adalah untuk menyatukan hubungan antara Tuhan, manusia dan alam, serta dalam terapan teknisnya adalah mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu umum. Hal ini mengarahkan pemikiran Islam pada komitmen dan orientasi pemikiran politik Islam yang melahirkan konsep kewajiban manusia untuk membangun masyarakat ideal, yang realisasinya mensyaratkan pembentukan institusi -institusi politik yang islami.
Dari perspektif ini, integrasi mengidealkan tidak adanya pemisahan antara yang sakral dan yang profan, atau antara agama dan politik. Berbagai macam pemecahan masalah hubungan agama dan politik telah dikemukakan oleh para pemikir politik Islam di berbagai negara.
Integrasi ini menimbulkan dua agenda besar dalam pemikiran Islam padavumumnya, dan pemikiran politik Islam pada khususnya. Agenda pemikiran politik Islam berkembang menjadi dua tema besar, yaitu: pertama, hubungan antara wahyu dan akal. Kedua, hubungan antara agama dan politik. Tentu saja, kedua hal tersebut tidak dapat terpisah satu sama lain, karena keduanya berhubungan sangat erat.
Idealitas politik Islam merupakan refleksi dari hubungan agama dan politik dalam Islam, di samping pada saat yang bersamaan, sebagai kesimpulan atas wahyu melalui penggunaan akal.
Oleh Bang Dahrul Ikhwanul Umar, S. Pd.I.