Mohon tunggu...
Ibn Jabal
Ibn Jabal Mohon Tunggu... Freelancer - Bukan Putra Mahkota

masih mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ngemong Santri ala KH Maimoen Zubair, Sebuah Refleksi terhadap Guru Bangsa

6 Januari 2020   03:55 Diperbarui: 6 Januari 2020   04:06 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Dunia pendidikan, khususnya lembaga pendidkan memang membutuhkan sosok pengasuh. Pengasuh berbeda sekali dengan Kepala Sekolah ataupun Rektor. Pengasuh mempunyai tugas yang tak tersentuh oleh seorang Kepala Sekolah atupun Rektor. Hal demikian sebab pendidikan bukan hanya soal transfer keilmuan belaka. Lebih dari itu.

Dunia pendidikan harus mampu memberikan pengaruh terhadap aspek rohani peserta didik. Transfer keilmuan bukan hanya melalui tulisan, buku ataupun diskusi yang diberikan oleh seorang guru. 

Pendidikan juga harus mampu menjadikan hati siswanya sebagai kertas dan otak menjadi pensilnya. Ilmu adalah apa yang tertancap dalam dada bukan apa yang tertulis dilembaran kertas.

Sosok pengasuh yang dapat ngemong santri yang dimaksud diatas mungkin dapat tergambarkan dengan apa yang penulis lihat dalam diri Mbah Moen. Namun, sangat terbatas sekali jika sosok Mbah Moen yang amat mulia serta luas keimuannya ini hanya dipaparkan dalam lembaran ini.

1) Kasih Sayang 

Kasih sayang mungkin termasuk hal yang sulit kita temukan di Indonesia hari ini, dunia pendidikan diwarnai dengan beberapa kekerasan serta cara mendidik yang kurang bisa mengena dalam hati murid. 

Sebagai proses membenarkan sebuah kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik hendaknya memang pada moment yang tepat sehingga murid bukanya tersinggung kemudian menggerutu, tapi murid dapat dengan sendirinya menyadari kesalahannya. Sebab dengan moment dan waktu yang tepat inilah terkadang nasehat akan selalu dikenang seumur hidup oleh seorang murid.

Suatu kesempatan, saat ada santrinya yang berambut gondrong, yang menjadi larangan pesantren, Mbah Moen tidak kemudian mengingatkan secara shorih akan kesalahan yang dilakukan santri tersebut. 

Beliau mengajak santri tersebut sholat persis dibelakang Mbah Moen, kemudian sehabis sholat sambil mengelus rambut santri tersebut beliau dawuh "kamu rambutnya bagus ya?". Seketika setelah jamaah selesai, santri kembali ke kamar dan mencukur rambutnya. 

Begitulah kasih sayang yang dicontohkan Mbah Moen kepada santrinya, sekalipun terhadap santri yang nakal. Bahkan banyak cerita yang beredar bahwa Mbah Moen melarang memboyong (mengeluarkan) santri yang nakal atau melanggar aturan pesantren. Beliau berpesan untuk senantiasa mendo'akan santri yang nakal.

Demikian itu juga bisa kita lihat dalam diri Rasulullah, Nabi kita sangat menyayangi santri-santrinya, sekalipun nyata-nyata melakukan sebuah kesalahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun