Mohon tunggu...
Redha Andika Ahdi
Redha Andika Ahdi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Travel Blogger

Penulis sederhana dengan berjuta harapan bersama kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ratenggaro, Kampung Magis dari Tanah Sumba

2 April 2019   13:25 Diperbarui: 2 April 2019   13:39 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngomongin keindahan alam dan budaya Sumba gak bakalan ada habisnya. Keindahan alamnya yang begitu mempesona hingga adat budayanya yang unik dan beranekaragam membuat Sumba selalu menjadi primadona bagi para traveler lokal maupun mancanegara. Tak terkecuali di salah satu kampung adat di bagian Sumba Barat Daya yang bernama Ratenggaro. Kampung Adat Ratenggaro tepatnya berlokasi di Desa Umbu Ngedo, Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. 

Kampung Adat Ratenggaro berjarak +/- 50 km dari Tambolaka, satu hal yang sangat disayangkan adalah karena belum tersedianya akomodasi umum yang dapat digunakan untuk mencapai desa ini sehingga kita harus menyewa kendaraan atau jasa travel dari Tambolaka. Akses jalan dari Tambolaka menuju Ratenggaro dapat ditempuh dalam waktu +/- 2 jam perjalanan dengan kondisi jalan beraspal yang masih mulus bahkan lebih mulus dari paha Lucinta Luna!

Ternyata, Kampung Adat Ratenggaro terletak di tepi sebuah pantai dengan pasir putih yang sangat indah dan air laut yang biru yang sangat jernih. Tempatnya yang tenang dan ombaknya yang mendayu-dayu membuat saya seakan pengen main-main air disana bareng anak-anak Sumba.

Anak-anak yang ramah dan bersemangat | photo by ibadahmimpi.com
Anak-anak yang ramah dan bersemangat | photo by ibadahmimpi.com

Uma Kelada

Keunikan lainnya dari Kampung Adat Ratenggaro adalah terdapatnya rumah adat yang memiliki atap seperti menara yang menjulang tinggi mencapai ketinggian 15-20 meter yang disebut Uma Kelada. Dengan atapnya yang terbuat dari bahan dasar jerami. Tinggi rendahnya atap rumah didasarkan pada status sosial mereka!

Menurut penduduk setempat, tingginya menara atap rumah tersebut memiliki filosofi tersendiri. Menara yang tinggi melambangkan keterarahan kepada Sang Pencipta dan bukan pembeda status sosial. Bingung ya? Sama! Saya juga bingung.

photo by ibadahmimpi.com
photo by ibadahmimpi.com

Masing-masing rumah adat terdiri dari 4 tingkat ruangan, dimana tingkat paling bawah digunakan sebagai tempat hewan peliharaan, tingkat kedua tempat pemilik rumah, tingkat ketiga tempat untuk menyimpan hasil panen dan dan tingkat terakhir sebagai tempat untuk memasak. Greget cuy! Masak di atap rumah!

Dan juga di tingkat teratas ini terdapat sebuah kotak yang merupakan tempat penyimpanan benda keramat dan juga tempat untuk meletakkan tanduk kerbau sebagai simbol tanda kemuliaan!. Simbol tersebut menandakan bahwa mereka sudah melaksanakan upacara adat.

Uniknya lagi rumah-rumah tersebut dibangun dengan cara gotong royong oleh penduduk Ratenggaro selama 3 bulan dengan melalui berbagai tahap termasuk upacara adat.


Kuburan Batu Megalitik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun