Mohon tunggu...
Nur Afifah
Nur Afifah Mohon Tunggu... Ilmuwan - suka membaca

iam geographer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Anak Jalanan, Pendidikan, Cinta Tanah Air, dan Moralitas Saat Ini

21 Desember 2020   07:00 Diperbarui: 21 Desember 2020   07:39 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Perkenalan Kami dengan Anak-anak Komunitas SSChild Malang | dokpri

Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kita semua, khususnya generasi bangsa penerus masa depan. Namun, bagaimana dengan nasib anak-anak di luar sana yang hidup di jalanan tanpa ayah, tanpa ibu ataupun dengan segala keterbatasan finansial yang ada? 

Di sini kami, mahasiswa offering A20  melakukan aksi pengabdian masyarakat untuk sedikit membagi kebahagiaan kepada mereka. Tempat kami melakukan pengabdian masyarakat ada di bawah naungan salah satu komunitas pemeduli anak jalanan di Kota Malang, yaitu SSChild atau Save Street Child Malang. 

Komunitas ini sudah berdiri lebih dari 10 tahun yang lalu yang digawangi oleh para mahasiswa di Kota Malang yang ingin mengabdi dan membantu pendidikan anak-anak jalanan dan juga anak-anak marjinal dengan segala keterbatasan ekonomi dan akses pendidikan. 

Komunitas ini saat ini mengadakan kegiatan di dua titik di Kota Malang,yaitu di daerah Muharto, Lowokwaru, dan Blimbing, Arjosari. Kegiatan dilakukan setiap hari senin dan sabtu dalam sepekan. 

Alasan kami tertarik untuk melakukan aksi pengabdian pada pendidikan anak jalanan dan anak marjinal karena mereka layak tumbuh. Mereka berhak memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya. Karena, keterbatasan bukanlah hambatan dalam meraih mimpi. Sehingga dengan kedatangan kami mereka memiliki semangat lebih untuk belajar.

Pada hari Sabtu, 19 Desember 2020 kami bersebelas pada pukul 03:45 sore memulai aksi pengabdian ini. Aksi dilakukan pada titik kegiatan di Arjosari. Di sana, terdapat sekitar 20 anak marjinal dan anak jalanan. 

Pihak SSChild menyampaikan bahwa kebanyakan orang tua mereka tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang mumpuni sehingga tidak bisa mengajari mereka karena keterbatasan ilmu dan kualifikasi diri. Pengabdian dilakukan sampai pukul 05:15 sore. Di sana, kami melakukan pengajaran sederhana. Mulai dari belajar menghitung, membaca, menggambar, tebak lagu anak-anak, dan tebak pancasila. 

Ketika mereka ditanya cita-cita, mereka terlihat antusias. Sama halnya ketika mereka antusias saat berebut menjawab kuis dari kami. Kebanyakan dari mereka bisa hitung-menghitung sederhana, namun banyak juga anak-anak yang tidak bisa menulis angka dan tidak bisa membedakannya antara angka dan huruf. 

Mereka sangat interaktif dan tanggap, namun ada yang kelewat batas dan terlalu aktif sehingga tidak bisa mebedakan waktunya bermain dan belajar. Mulai dari anak usia PAUD dan SD, semua belajar perhitungan sederhana. 

Di sana, mereka mengerjakan beberapa soal perhitungan sebagai salah satu aktivitas belajar. Kemudian, belajar menggambar untuk mengasah kreativitas anak. Di dampingi kami, mereka menggambar sesuka hati. Dari hasil pengamatan, mereka antusias terhadap semua kegiatan pembelajaran yang kami lakukan. Hal ini membuat kami juga bersemangat dalam melaksanakan kegiatan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun