Mohon tunggu...
I Ketut Ari Pegatariana
I Ketut Ari Pegatariana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

Seorang mahasiswa yang tertarik dengan Ilmu Kebumian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konsep Tri Hita Karana Sebagai Landasan SDGs (Sustainable Development Goals)

10 September 2022   08:25 Diperbarui: 10 September 2022   08:27 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://twitter.com/rerie_moerdijat/status/1273172976536518662

Konsep kosmologi TRI HITA KARANA merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini.

Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan ke Tuhanan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala tindakan berekses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis, bilamana keharmonisan tersebut di rusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan memusuhinya.

Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat.

Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan nya, manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.

Tri Hita Karana telah diaplikasikan di seluruh dunia, dalam berbagai bentuk aktivitas baik oleh perorangan, kelompok, negara bahkan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa. Tentu saja tidak menggunakan istilah bakunya: Tri Hita Karana. Tetapi yang penting bahwa manusia sedunia telah menyadari bahwa kebenaran konsep itu telah terbukti.

Menyusul diresmikannya 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015, Pemerintah dan masyarakat sipil bersama-sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah secara aktif mulai memobilisasi upaya untuk mencapai Agenda Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2030. Piramida SDGs diluncurkan di platform PBB pada Hari Kebahagiaan Internasional 20 Maret 2017 sebagai cara untuk menyelaraskan tujuan PBB dengan kebahagiaan. Dalam upaya mempromosikan SDGs, United in Diversity Foundation bersama SDSN menginisiasi kerangka Piramida SDGs yang terinspirasi dari filosofi hidup masyarakat Bali, Tri Hita Karana.

Sungguh kebetulan bahwa 17 tujuan tersebut sejalan dengan filosofi hidup masyarakat Bali, Tri Hita Karana seputar harmoni manusia, ekologi dan spiritual. Sepuluh tujuan pertama berkaitan dengan keselarasan masyarakat yang menangani masyarakat atau isu-isu sosial seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Lima tujuan berikutnya berkaitan dengan keselarasan dengan alam yang menangani keberlanjutan dalam urbanisasi, perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati. Dua tujuan terakhir berhubungan dengan harmoni dengan panggilan spiritual untuk kekuatan batin dan iman untuk menjembatani perdamaian dan kolaborasi di dalam dan lintas sektor dan budaya. Tujuan pembangunan berkelanjutan yang disajikan secara elegan dalam kerangka piramida merupakan cerminan indah dari aspirasi menuju kebahagiaan melalui keselarasan nilai-nilai sosial, ekologi dan spiritual yang akan membimbing umat manusia secara universal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun