Film Falling In Love Merupakan film Netflix Original yang menceritakan tentang kehidupan seorang wanita bernama Gabriela yang sibuk pekeerjaannya sebagai kontraktor di Amerika Serikat. Singkat Cerita Gabriela mengikuti sebuah lomba dan memenangkan sebuah penginapan di daerah Beechwood Downs , New Zealand  (Selandia Baru) . Dia bertolak dari Amerika Serikat menuju New Zealand dan akhirnya sampai di penginapan yang dia menangkan. Yang terlintas di pikirannya adalah penginapan yang mewah, bagus, dan nyaman. Tetapi kenyataannya kondisi penginapan sangat buruk dan tidak sesuai ekspetasi.
        Gabriela lantas memutuskan untuk memperbaiki penginapan tersebut dengan bantuan seorang kontraktor yang berasal dari desa setempat. Kontraktor tersebut adalah seorang pria tampan bernama Jake. Sejak saat itulah kehidupan Gabriela di Beechwood Downs, New Zealand dimulai. Gabriela berteman pemilik kedai coffee yang bernama Peter dan Maanaki. Lalu dengan pemilik toko perkakas bernama Norm, Penjual bunga bernama Shelley dan seorang dokter bernama Corey.
        Ada hal menarik di desa Beechwood Downs ini. Semua orang di desa tersebut sangat senang bergosip, seakan semua urusan atau permasalahan seseorang di desa tersebut merupakan urusan semua warga desa tersebut. Hal tersebut diperlihatkan saat adegan Gabriela datang ke toko bunga Shelley, dimana sudah mengetahui nama Gabriela Diaz pemilik baru dari penginapan desa tersebut.
        Dari hal tersebut kita bisa melihat bahwa orang-orang desa Beechwood Downs, New Zealand memiliki budaya Kolektivisme. Menurut Hofstede kolektivisme merupakan perhatian individu terhadap masyarakat dimana ia berada. Kolektivisme adalah nilai dimana masyarakat  di dalamnya tergabung dalam sebuah ikatan yang kohesif. Sedangkan lawan dari kolektivisme yaitu Individualisme merupakan perhatian individu terhadap dirinya sendiri. Secara sederhana individualism adalah budaya hidup secara mandiri atau sendiri dan kolektivisme ini merupakan budaya hidup berkelompok atau hidup bersama ( Wisnhuwardhani dan Mangundjaya, 2008: 4).
        Lalu terdapat adegan dimana Gabriela dan Jake membongkar tembok penginapan tersebut. Mereka menemukan sekumpulan surat yang ditaruh di dalam pondasi rumah tersebut. Surat itu ternyata mengisahkan cerita cinta antara sepasang suami istri penghuni penginapan sebelumnya. Jake mengatakan bahwa hal tersebut merupakan adat lama disana. Hal itu dilakukan untuk mendatangkan keberuntungan dan sebuah rumah itu mengingatkan siapa pemilik sebelumnya. Hal tersebut yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Kita bisa melihat warga Beechwood ini sangat menghargai sejarah atau masa lalu. Karena kita yang sekarang merupakan produk dari masa lalu. Hal ini sesuai dengan nilai orientasi masa lalu yang dikemukakan oleh Kluckhon dan Stodbeck. Orientasi waktu masa lalu merupakan budaya yang menganggap masa lalu atau tradisi memiliki nilai yang tinngi (Kartikawati,D., 2010).
Sumber:Â
Kartika,D. (2010). Orientasi-Orientasi Nilai Budaya Kluckhon dan Strobeck. dwikartikawati.blogspot.com. diakses dari http://dwikartikawati.blogspot.com/2010/08/orientasi-orientasi-nilai-budaya.html
Wisnhuwardhani, P. & Mangundjaya, W. (2008). Hubungan Nilai Budaya Individualisme-Kolektivisme dan Gaya Penyelesaian Konflik. Jurnal Psikologi Sosial. 14(01), 4. Diakses dari https://www.academia.edu/7183266/Hubungan_nilai_budaya_individualisme_kolektivisme_dan_gaya_penyelsaian_konflik