Sudah menjadi masyhur kiranya di kalangan pesantren  yang bernotabene salaf juga madrasah diniyah di seluruh Nusantara mengkaji kitab satu ini.  Ya,  al-Amtsilah at-Tashrifiyyah. Kitab yang dikarang oleh KH Ma'shum bin Ali ini sudah umum digunakan oleh para santri sebagai pondasi untuk mempelajari dunia gramatikal Arab, yang mana tashrifan ini sudah tidak menjadi asing bagi khalayak umum menjadi ibunya ilmu sedangkan Nahwu sendiri sebagai bapaknya ilmu.  Para santri biasanya menyebut kitab ini dengan nama "Tasripan".Â
Maha Karya kitab ini tak hanya terletak pada Ilmu Sharf semata. Bait demi bait tersusun sistematis. Sehingga mudah dipahami dan dihafal oleh para santri. Â Akan tetap jika kita jeli mempelajarinya akan menemukan makna filosofi yang tinggi dari segi sistematikanya, yakni mengenai pengajaran perilaku kehidupan. Â Mengulik pada bab fi'il Tsulatsy Mujarrod yang terdiri dari enam pasal.Â
Pasal satu:Â
- : Â Menolong
Di awal perjalanan santri melangkahkan kakinya, mereka dibantu oleh orang tuanya dalam hal finansial. Baik itu finansial internal, Â seperti biaya selama mengenyam di pondok, Â maupun finansial eksternal, Â seperti uang makan, Â buku, jajan dan lain-lain.Â
Pasal dua:Â
 : Memukul
Ketika sudah memasuki dunia pesantren, mereka akan digembleng menjadi insan kamil. Sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik. Â Sudah menjadi kewajiban bagi kyai, asatidz dan para pengurus untuk menegur jika melakukan kesalahan, Â memberi hukuman jika melanggar.Â
Pasal tiga:Â
-: Membuka
Nah, setelah digembleng siang dan malam, Â maka Allah akan membukakan pintu pengetahuan bagi para santri. Baik itu melalui pembelajaran secara langsung maupun secara laduny (instan).