Mohon tunggu...
Husnul Khatimah
Husnul Khatimah Mohon Tunggu... Guru - inclusive enthusiast

pegiat dan praktisi pendidikan inklusif dan penanganan anak spesial

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menemukan Makna di Balik Capaian Gerakan Nasional Revolusi Mental

26 November 2024   12:53 Diperbarui: 26 November 2024   13:25 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Revolusi mental adalah aksi nyata. Bagaimana program GNRM KALSEL menjawab kebutuhan masyarakat? Refleksi dan kolaborasi jadi kuncinya." (dokpri)

Ketika membicarakan capaian Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), angka-angka dan indikator keberhasilan sering kali menjadi sorotan utama. Namun, di balik statistik yang tampak impresif, muncul pertanyaan mendasar: apakah semua ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat? Adakah keterkaitan nyata antara indikator tersebut dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari?

Dalam banyak diskusi terkait program-program GNRM, sering terdengar istilah seperti "pengembangan sumber daya manusia," "pemberdayaan koperasi," atau "pengelolaan sampah regional." Semua ini terdengar baik, bahkan mulia. 

Tetapi, ketika kita turun langsung ke lapangan, mengamati dan mendengar suara masyarakat, kesenjangan mulai terlihat. Di satu sisi, ada laporan capaian yang berhasil dicapai secara administratif; di sisi lain, ada masyarakat yang merasa program-program tersebut belum menyentuh kebutuhan dasar mereka.

"Revolusi mental bukan tentang angka di laporan, tapi tentang perubahan nyata yang dirasakan di hati dan kehidupan masyarakat."

Mungkin ini persoalan paradigma. Ketika keberhasilan hanya diukur dari jumlah kelompok yang dibentuk atau program yang dijalankan, kita kehilangan esensi dari gerakan ini: revolusi mental sejati yang seharusnya mengubah cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi, mulai dari individu hingga komunitas. 

Misalnya, program kebersihan lingkungan yang bertujuan membangun Indonesia Bersih sering kali berhenti di tingkat laporan jumlah kegiatan kerja bakti, tanpa memastikan apakah perilaku kebersihan benar-benar tertanam dalam kehidupan masyarakat.

Persoalan ini bukan hanya soal indikator, tetapi bagaimana program-program dirancang dan dilaksanakan. Banyak di antaranya cenderung bersifat top-down, dengan pendekatan formal yang kurang mengakar pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Akibatnya, masyarakat merasa bahwa program-program tersebut lebih seperti seremonial daripada solusi nyata.

Untuk benar-benar menjembatani kesenjangan ini, pendekatan harus berubah. Setiap program harus dimulai dengan pemahaman mendalam tentang konteks lokal. Apa yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat? Apa masalah sehari-hari yang mereka hadapi? Hanya dengan mendengar suara mereka dan melibatkan mereka dalam proses perencanaan, kita bisa memastikan bahwa setiap langkah yang diambil benar-benar relevan dan bermanfaat.

Sebagai pendukung perubahan, kita harus berani mengkritisi dan merefleksikan program yang ada. Tidak cukup hanya fokus pada hasil administratif atau capaian angka. Kita perlu menanyakan, "Apakah ini benar-benar membawa perubahan?" Jika jawabannya ragu, maka inilah saatnya untuk menyesuaikan langkah.

Revolusi mental seharusnya tidak hanya menjadi jargon atau target capaian. Ia harus menjadi gerakan yang terasa hidup di setiap rumah, sekolah, dan lingkungan. Jika program yang dijalankan tidak mampu menggerakkan itu, maka sudah waktunya kita kembali mendefinisikan ulang apa yang dimaksud dengan keberhasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun