Mohon tunggu...
Nurul H Mutmainah
Nurul H Mutmainah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiwa

Mahasiswa IAIN MANADO

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nafas Ahmadiyah di Kota Tinutuan

6 Juni 2019   21:47 Diperbarui: 6 Juni 2019   22:15 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ahmadiyah merupakan salah satu ormas Islam yang berada di Indonesia yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad, muslimin dari India pada tahun 1900. Kelompok ini terbagi atas dua kelompok, yaitu Ahmadiah Qadian dan Ahmadiyah Lahore dengan pokok fikiran yang berbeda dimana Ahmadiyah Qadian menganggap bahwa pintu kenabian masih terbuka setelah Nabi Muhammad wafat dan meyakini kenabian Mirza Ghulam Ahmad, lain halnya dengan Ahmadiyah Lahore. Dimana Ahmadiyah Lahore menganggap bahwa pintu kenabian telah tertutup bersamaan dengan wafatnya Nabi Muhammad dan bagi mereka Mirza Ghulam Ahmad tidak lebih dari Mujahhid, seorang pembaharu dunia Islam.

Perbedaan pokok fikiran inilah yang menjadi cikal bakal konflik yang terjadi antara Ahmadiyah dengan umat Islam mayoritas. Benturan demi benturan terjadi dan membawa kemalangan bagi kehidupan para penganut Ahmadiyah khususnya di Indonesia, sebut saja tragedi di Cikeusik, Jawa Barat 6 Februari 2016 serta daerah Lombok 19 Mei 2018.

Jika ada namanya konflik pasti ada yang namanya damai. Berbeda di daerah Cikeusik maupun Lombok, nyatanya Ahmadiyah sendiri di terima baik di kota Manado, Sulawesi Utara. Kehidupan majemuk yang ada di daerah ini membuat Manado disebut sebagai Kota Tinutuan, dimana Tinutuan merupakan makanan khas Manado yang terdiri dari berbagai macam sayuran. Maknanya, apapun perbedaan yang ada baik perbedaan etnis, agama, bahasa, di kota ini semuanya bisa bercampur dengan baik seperti Tinutuan.

Kehidupan majemuk yang ada di kota ini bagaikan nafas segar bagi Ahmadiyah untuk tinggal dan berkembang tanpa takut terancam dan di diskriminasikan seperti yang terjadi di daerah-daerah lainnya.

"Dalam skala nasional di Indonesia memang ada beberapa daerah-daerah yang kita kategorikan merah. Artinya ada sedikit reaksi dari masyarakat terkait dengan Ahmadiyah. Tapi dalam konteks Manado, Alhamdulillah sejauh ini kita hidup rukun dengan masyarakat, tidak ada intimidasi, tidak ada tekanan-tekanan, boikot, bahkan penyerangan. Jadi, masyarakat Manado itu sangat toleran sekali. Kita dengan masyarakat Manado sangat terbuka, dekat, seperti misalnya dengan tetangga saya. Saat idul fitri mereka memberikan hadiah kepada saya dan saya memberikan hadiah kepada mereka, begitu pula saat natal, saya memberikan hadiah kepada mereka, mereka memberikan hadiah kepada saya. Itu contoh hubungan kita dengan masyarakat. Saya juga datang kesini, mendaftar pada pemerintah setempat disini menggunakan KPT." tutur Muhammad Ya'kub, Mubaligh Ahmadiyah daerah Manado

Tekanan-tekanan yang didapatkan oleh Ahmadiyah menurutnya, dikarenakan adanya ketidak tahuan masyarakat terkait Ahmadiyah serta adanya faktor politik yang ada dalam hal mendiskriminasikan Ahamadiyah.

"Memang di beberapa daerah Ahmadiyah itu mendapat tekanan dan itu disebabakan oleh berbagai faktor, contohnya ketidak tahuan masyarakat tentang Ahmadiyah, faktor politik, misalnya nih saat kampanye pemilihan bupati mereka sering menggunakan Ahmadiyah "Kalau saya kepilih saya akan bubarkan Ahmadiyah" cost nya seperti itu. Yahh jadi begitu, Alhamdulillah kami di Manado diterima dengan baik" lanjut Muhammad Ya'kub

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun