Mohon tunggu...
Husnil Kirom
Husnil Kirom Mohon Tunggu... Guru - Pejuang Pendidikan

Asesor GTK Kemdikbudristek RI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendobrak Mental Block

14 April 2020   07:00 Diperbarui: 14 April 2020   07:30 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dadapayu-semanu.desa.id

Pengarusutamaan Moral dan Nilai Pancasila Melalui PMPKn

Hasil penelitian yang dipaparkan dalam Simposium (Untari, 2019) diperoleh data tentang perilaku kekerasan terhadap pelajar, yaitu siswa mengalami kekerasan di sekolah (84%), siswa mengakui pernah melakukan kekerasan di sekolah (75%), siswa laki-laki menyebutkan guru atau petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan (45%), siswa perempuan  menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan (22%), dan siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik oleh teman (40%). 

Praktik-praktik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilakukan mengarah kepada ketidakjujuran, tidak memegang etika dan moral, tidak bertanggung jawab, tidak dapat diandalkan, dan tidak bisa dipercaya, serta sebagian bangsa kita sedang mengalami krisis identitas karakter” (Sartono, 2019). Hal ini mengindikasikan terjadinya degradasi nilai dan moral Pancasila yang dialami bangsa Indonesia. Dari hasil penelitian di Harvard University  menyimpulkan “kesuksesan seseorang itu disumbang 20% oleh hard skill  berupa pengetahuan dan kemampuan teknis, sedangkan 80% adalah soft skill berupa kepribadian, watak, tabiat, ahlak, sikap, perilaku” (Ibrahim Akbar dalam Al-Atok, 2019). Nilai Karakter tidak diajarkan tapi dikembangkan. Dengan kata lain value is neither cought nor taught, it is learned. Membangun karakter membutuhkan proses yang panjang dan tidak mengenal kata akhir atau never ending process. 

Membanggun karakter ibarat melukis di atas batu bukan melukis di atas air. Menanamkan pendidikan moral dan nilai Pancasila adalah sebuah upaya membangun karakter bangsa Indonesia. Sebagaimana menanam sesuatu, maka langkah pertama adalah memilih benih yang baik untuk ditanam. Nilai-nilai utama Pancasila yang mau ditanamkan kepada siswa haruslah dielaborasi terlebih dahulu untuk kemudian dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Nilai-nilai Pancasila apasaja yang ditanamkan, semisal beragama secara beradab, menegakkan HAM konteks lokal, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa dalam konteks Bhinneka Tunggal Ika, bedemokrasi secara hikmat dan bijaksana, serta menjunjung tinggi keadilan dengan tetap bertumpu pada kesejahteraan bersama. Ibarat menanam sesuatu, harus dilakukan pembersihan terhadap rumput-rumput liar yang mengganggu dan hama yang mengancam. 

Pancasila sebagai karakter dan kepribadian bangsa Indonesia harus terus dilakukan. Rendahnya pemahaman terhadap Pancasila di kalangan siswa perlu mendapatkan penanganan serius. Meskipun melekat dalam kepribadian, nilai-nilai karakter bangsa yang telah diformulasikan dalam Pancasila perlu dikalukan reinternalisasi dan reaktulasisasi secara terus menerus agar terus menjadi energi kehidupan yang larut dalam keyakinan, watak, dan kepribadian bangsa. Penanaman nilai Pancasila yang kuat pada kalangan siswa harus dapat menghindari terjadinya “salah paham” terhadap Pancasila. 

Kesalahpahaman terhadap Pancasila berakibat kesalahan aktualisasi, bahkan resistensi. Upaya memperkuat penanaman nilai Pancasila haruslah diarahkan untuk menghilangkan berbagai kesalahpahaman di atas. Adanya pemahaman yang benar terhadap Pancasila akan memperkuat komitmen generasi muda terhadap Pancasila. Jika kesalahpahaman terhadap Pancasila masih menghantui generasi muda bisa jadi akan berujung melunturnya komitmen, bahkan resistensi masif di kalangan generasi muda terhadap Pancasila.

Melalui jalur pendidikan sebagai jalur utama yang strategis untuk memperkuat penanaman nilai Pancasila kepada para siswa. Karena itu Pendidikan Pancasila menjadi matapelajaran wajib bagi seluruh jenjang pendidikan mulai pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Penanaman nilai-nilai Pancasila menuntut adanya pendekatan dengan melakukan penggalian dan elaborasi terhadap praktek-praktek kehidupan dalam masyarakat yang merupakan aktualisasi dari nilai-nilai Pancasila. Sehingga Pancasila tidak lagi diajarkan sebagai konsep dan norma, melainkan sebagai perilaku nyata sehari-hari. Pancasila in action. 

Dalam hal ini guru dituntut untuk membimbing para siswa melakukan penggalian ulang nilai-nilai Pancasila yang hidup dan berkembang dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari. Hasil penggalian ulang itu selanjutnya diinfuskan kembali sehingga menjadi energi positif yang larut dan mengalir dalam darah kehidupan siswa sehari-hari. 

Penggalian ulang itu tentu dilakukan secara konstekstual terhadap perilaku-perilaku positif yang betul-betul menggambarkan aktulaisasi nilai-nilai Pancasila. Pancasila in action dengan pendekatan kontekstual positif tersebut akan mampu memperkuat pemahaman Pancasila bagi siswa. Model penanaman nilai-nilai Pancasila demikian itu amat tepat digunakan dalam berbagai program pendidikan dan latihan bertujuan memperkuat pemahaman Pancasila di luar persekolahan, seperti Proyek Kewarganegaraan dan Jambore Kebangsaan.

Upaya untuk memperkuat pemahaman Pancasila generasi muda tidak cukup hanya dilakukan melalui jalur pendidikan. Upaya itu harus dilakukan secara simultan melalui berbagai jalur. Upaya memperkuat pemahaman Pancasila generasi muda harus menjadi program dari semua instansi atau lembaga pemerintah yang terkait. Sebab de-Pancasilaisasi itu lebih banyak terjadi diluar dunia pendidikan. Perlu ada kebijakan dengan regulasi yang kuat dan mengikat yang mendukung diadakannya program “penguatan pemahaman Pancasila dan karakter kebangsaan” bagi generasi muda pada umumnya. Upaya pembangunan karakter bangsa melalui  penanaman nilai Pancasila perlu dilakukan secara simultan melalui berbagai jalur selain jalur pendidikan, sebab fenomena sosial yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila itu sebagian besar terjadi di luar lingkungan sekolah. 

Jika di luar sekolah tidak dilakukan pembenahan secara serius, maka ibarat menebar benih yang unggul di ladang yang tandus, meskipun disertai pupuk yang baik dan obat hama yang mujarab tentu tidak banyak yang bisa diharapkan. Pengarusutamaan pendidikan moral dan nilai Pancasila lintas generasi melalui wacana pemberlakuan mapel lama dengan nama baru “PMPKn” memisahkan substansi Pendidikan Pancasila dengan Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan dapat membongkar mental block dan membangun watak generasi penerus bangsa lebih baik. Bersama kita menanti tuah (kebaikan) pemberlakuan PMPKn kembali untuk membumikan pendidikan moral dan nilai Pancasila sebagai upaya penyelamatan falsafah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun