Mohon tunggu...
Husni Ismail
Husni Ismail Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Bimbingan Konseling Islam

Pegiat literasi dalam kajian Islam, konseling dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan di Persimpangan

10 November 2022   23:13 Diperbarui: 10 November 2022   23:24 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi//foto: Jambikita.id

Suara lantang terdengar menggelora di persimpangan, dibawah panasnya terik matahari, dengan toa ditangan kanannya sembari mengepalkan tangan kirinya dan menunjuk kearah langit sambil berteriak dengan nada tinggi "Turunkan Presiden".

Gua kebetulan melintasi jalan itu dan sebenarnya tak mau tahu apa yang terjadi, namun akibat kendaraan yang menumpuk dan mengakibatkan kemacetan, tanpa sengaja mengusik seluruh ungkapan-ungkapan perempuan di persimpangan itu.

Hari itu menjadi momen pertama, dimana gua seolah-olah jadi seorang pendengar yang baik dan menjadi anggota massa, padahal hanya seorang tukang antar makanan alias delivery keliling yang tak ingin menambah beban pikiran hidup.

Namun beberapa orang turun dari kendaraan mewahnya, hingga diceramahi oleh gadis berjilbab itu. Dengan lantang ia menyinggung masyarakat yang diam atas rancangan Undang-Undang yang akan disahkan, utamanya soal pasal penghinaan terhadap pejabat Negara.

Dengan gagah penuh rasa percaya diri, ia ungkapkan, "Demokrasi akan mati jika terpilih pemimpin otoriter, penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat Negara, dan penindasan total atas oposisi, dan ingat saudaraku, ini telah terjadi di Indonesiaku, di Indonesia kita".

Tak lama kemudian, kemacetan berangsur usai dan kendaraan telah lalu lalang, tapi perempuan itu masih lantang menyuarakan keadilan dan kebenaran. Dan asyiknya gua masih setia jadi pendengar budiman hingga lupa ngantar pesanan untuk santapan seminar di kampus hijau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun