Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Pengalaman Pertama Naik Pesawat Sampai Darah Membeku di Lipatan Siku Tangan

13 Januari 2021   16:07 Diperbarui: 13 Januari 2021   16:12 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Wikipedia

Pertama saya naik pesawat itu sekitar awal tahun 2002 saat setelah menyelesaikan studi di salah satu Perguruan tinggi di Bandung. 

Terus terang, sebelumnya belum pernah naik pesawat. Faktor hemat juga membuat saya lebih bai naik bus dari Banda Aceh ke Bandung. Padahal kalau dihitung-hitung harga tiket pesawat dengan jalan darat tambah jajan dan makan di setiap pemberhentian lebih mahal juga.

Memang sudah niatan bila selesai kuliah saya ingin pulang naik pesawat. Setelah mengirim semua barang melalui pengiriman pakai truk. Baru kemudian beli tiket pesawat. Teringat sekali pesawat pertama saya tumpangi adalah Jetayu, yang sekarang, maskapai tersebut sudah tak ada lagi. 

Saya berangkat habis insya naik travel 4848 diantar sampai Bandara Soekarno Hatta. Kurang lebih pukul 08 pagi take off dari Cingkareng menuju Polonia Medan.

Saya, bersamaan dengan seorang teman. Saat di ruang tunggu sampai duduk dalam pesawat sebelum take off perasaan sudah tidak nyaman. Karena, teman saya kelihatan enjoy saja. Maka saya paksakan seperti orang enjoy. Sebenarnya hati saya tak karuan.

Meskipun saya tidak beritahukan teman. Namun, waktu pesawat mulai jalan untuk take off saja perasaan bercampur was-was dan juga takut.

Saat take off pertama itu meski tak pernah saya perlihatkan ke teman saya namun perasaan was-was semakin memuncak. Sempat keluar keringat dingin. Terus saya hanya diam saja sambil terus zikir di dalam hati. Sekali-kali berpengangan erat pada bahu kursi. 

Bahkan ketika mencoba melihat keluar jendela. Melihat hamparan awan putih di bawah pesawat hati saya masih belum bisa diajak berdamai. Saya lihat teman saya bisa tidur. Sementara sepanjang perjalanan saya begitu resah. Bagaimana bisa tidur. 

Kurang lebih 2 jam perjalanan, ketika ada pengumuman bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Polonia Medan baru perasaan agak sedikit lega. Hati baru benar-benar setelah pesawat sudah berjalan menuju tempat penurunan penumpang.

Namun, setelah ambil barang bawaan, saya melihat pas di lipatan siku tangan terlihat tanda biru. Seperti ada darah yang membeku atau tertahan. Mungkin selama penerbangan tangan menjadi tempat satu-satunya menahan diri. #djhst.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun