Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gotong Royong, Membuat Kita Sama

28 November 2017   06:54 Diperbarui: 28 November 2017   08:51 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi (Foto: 26/11/2017)

Awal November saya dan beberapa teman di komplek tempat tinggal berinisiatif mengajak warga bergotong royong membersihkan lingkungan. Alasannya, pertama, sudah lama tidak mengadakan gotong royong, sehingga perlu dimulai kembali.  Terutama untuk memperindah tempat tinggal apalagi sudah mulai musim penghujan sehingga lingkungan perlu dibersihkan terutama got (saluran air) yang sudah banyak tersumbat.

Kedua, biasanya bila musim penghujan warga terutama anak-anak rentan kena penyakit maka demi kesehatan warga sendiri lingkungan perlu dibersihkan terutama tempat-tempat genangan air. Takut akan berkembangan biak nyamuk yang menyebabkan deman berdarah.

Ketiga, gotong royong menjadi ajang silaturahmi antar warga dan juga-anak kost. Mungkin selama ini sudah jarang ketemu karena kesibukan masing-masing atau memang ada penghuni baru, yang mungkin tidak sempat bertegur sapa dan bertemu. Kalau pun berpapasan, mungkin masing-masing atau salah satu di antaranya di balik kaca mobil atau dibalik helm.

Kerena, masing-masing memiliki kesibukan-kesibukan tersendiri, rencana tersebut susah beberapa kali tertunda. Namun, baru terleksana pada Minggu (26/11). Kelihatannya, meskipun tidak sampai 100% yang hadir tetapi cukup lumayan.

Berbicara gotong royong, sebenarnya, bukanlah hal yang baru. Sebab jauh sebelumnya gotong royong sudah sering dilakukan. Apalagi, gotong royong sudah menjadi budaya bangsa dan memiliki nilai filosofi yang tinggi.

Sehingga tidak heran, semenjak masih kanak-kanak selalu kita menyaksikan kerja bakti, nama lain dari istilah gotong royong.  Bahkan, di kampung saya dulu, hampir setiap bulan pada hari Jumat selalu dilakukan gotong royong.

Gotong royong bukan hanya membersih lingkungan saja. Tetapi banyak hal dapat dilakukan secara gotong royong. Dulu, mulai dari membuat tempat ibadah, membantu membuat rumah orang tidak mampu, membantu mensukseskan pesta perkawinan warga kampung dan bahkan menanam, memotong sampai merontokkan padi dilakukan bersama-sama secara bergotong royong.

Semangat gotong royong adalah semangat kebersamaan dalam menyelesaikan setiap masalah atau musibah yang dihadapi individu dalam sebuah komunitas. Satu hal yang paling penting dihikmati, saat bergotong royong tidak lagi dipermasalahkan mengenai status seseorang. Begitupun perbedaan-perbedaan yang ada.

Saya melihat, lingkungan (komplek) tempat tinggal saya termasuk tempat yang dihuni oleh pendatang (bukan penduduk asli, yang dilahirkan dari daerah itu). Karena itu, dari sekitar 200 lebih KK, memiliki latar belakang yang tidak persis sama. Perbedaan itu bisa jadi dari kebiasaan, budaya serta adat istiadat dan bahasa, tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan keluarga dan bahkan agama.

Pertama, segi kebiasaan, budaya, adat istiadat dan bahasa. Meskipun, mungkin masih dari suku yang umumnya sama, dan ada satu dua yang benar-benar berbeda.  Namun mereka berasal bukan dari daerah kabupaten/kota yang sama. Sehingga pada kegiatan tertentu, misal dari segi kebiasaan, budaya dan adat istiadat lainnya tetap ada perbedaannya. Begitu pula bahasa, meskipun bahasa sama namun dialeg atau tutur berbeda. Bahkan memang bahasanya sama sekali berbeda. Namun, faktanya dalam bergotong royong tidak merasa ada perbedaan. Sama-sama bergotong royong untuk kepentingan bersama.

Kedua, pendidikan. Komplek tempat tinggal saya, memiliki tingkat pendidikan yang beda. Ada Profesor, Doktor, Master, sarjana bahkan ada yang tidak pernah kuliah. Begitu pula jabatan dan pekerjaan, ada yang staf ahli, pembantu rektor, kabid, dosen, guru, pengusaha dan sebagainya. Tetapi pada saat melaksanakan gotong royong semua itu ditinggalkan. Bersama-sama bersenda gurau tidak perbedaan apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun