Beberapa kali mengunjungi Bali, tapi baru kali ini lah kesan paling dalam yang saya dapat. Karena saat ini saya datang sendirian. Karena kedatangan saya kali ini untuk sesuatu yang kasual. Karena saya datang untuk melepas penat. Karena saya datang hanya semalam. Hanya sebentar. Untuk selanjutnya keesokan harinya musti terbang melanjutkan perjalanan ke Sydney. Orang bilang, sesuatu yang enak, indah, dan nikmat itu hanya sedikit, sebentar, tak lama.
Bisa jadi pula karena kali ini saya menginap ditepian pantai Kuta. Hanya sekitar tiga sampai lima menit jalan kaki menuju pantai Kuta yang eksotis itu. Kalau merangkak mungkin akan butuh waktu lebih lama lagi. Bedanya kalau you merangkak, bisa jadi akan dapat duit dari orang-orang, bule atau siapapun yang kasihan karena mengira orang disable. Kalau gak maluu...
Kesan pertama adalah ketika saya nongkrong di Pantai bersama sahabat baru. Wanto, nama sahabat ini, orangnya cepat akrab sama orang. Walau tak banyak omong. Buktinya ketika saya sodori Bir dia tetap aja mau minum, padahal dia nggak biasa minum bir. Kami nongkrong di pantai yang udaranya hangat. Saya membeli Bir di pinggiran pantai. Ada banyak pedagang mangkal disitu.
" Itu tuh, perempuan bule itu, nikah sama penjual bir, " Wanto menunjuk penjual bir, seorang perempuan, 27 tahun. Parasnya cantik, rambut panjangnya diikat. Beberapa kali dia menawarkan dagangan ke bule yang lewat.
Walau sesama bule, mereka nggak nawar harga karena alasan primordialisme, " Sesama bule, boleh dong dapat diskon?"
Hehehe...becanda bro.
Harga bir disini murah kok. Untuk ukuran tempat wisata Internasional. Para pedagang sini gak kenal tembak harga. Mungkin inilah yang membuat Bali tetap ramai dikunjungi. Orang ngerasa aman di Bali.
Saya beberapa kali melirik Bule itu. Diwaktu yang sama dia juga memandang. Kami bersitatap sebentar, tapi saya pura-pura cuek.
Masak iya sih secantik ini mau diajak jualan Bir? Dan cowoknya juga biasa aja kok. Kalau ada yang kayak gini satu lagi juga maulah ogut bawa ke Jakarta, gak perlu jualan bir deh. Duduk manis aja dirumah, gue kasih loe uang belanja, Neng! Penasaran sepanjang hari hati ini. Pas sore setelah Wanto pulang, saya menuju kawasan pantai. Sambil mengunjugi saudara yang nginap di Hard Rock.
Keluar dari Popies, mata saya jelalatan. Tentu saja pantainya sudah sepi. Tak kurang akal, saya menyisir pinggiran jalan, tempat parkir motor. Karena disitu banyak yang jualan juga. Berharap dewi fortuna datang. Karena meleng, saya gak perhatiin jalanan, "Bruukk!"